NEW YORK - Dolar menguat pada akhir perdagangan Selasa, didukung permintaan mata uang safe-haven. Pasalnya, investor khawatir tentang konflik Afghanistan, ekonomi China yang melambat dan penyebaran virus corona varian Delta.
Namun demikian, kenaikan dolar AS terbatasi karena menurunnya penjualan ritel AS. Tetapi dolar masih mendapat sentimen positif dari kenaikan produksi industri yang lebih tinggi dari perkiraan.
Baca Juga:Â Dolar AS Menguat di Tengah Penurunan Data Ekonomi China
"Laporan penjualan ritel pagi ini berfungsi untuk mengonfirmasi bahwa konsumen AS, pelanggan terbesar dan paling dapat diandalkan di dunia menjadi lebih berhati-hati," kata Kepala Strategi Pasar Cambridge Global Payments, Karl Schamotta, dilansir dari Reuters, Rabu (18/8/2021).
"Ini dikombinasikan dengan bukti perlambatan ekonomi China dan gejolak politik yang sedang berlangsung di Afghanistan, mendorong investor untuk melunasi posisi pinjaman yang didanai dolar dan menarik uang keluar dari pasar berisiko tinggi," tambahnya.
Baca Juga:Â Indeks Dolar AS Turun 0,3% Selama Seminggu Perdagangan
Sebagai informasi, Taliban di Afghanistan mengatakan bahwa mereka menginginkan hubungan damai dengan negara-negara lain dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam. Hal ini terjadi sejak penyitaan mereka di Kabul. Namun, banyak investor khawatir dengan nada damai Taliban.