Ketiga, sebagai produsen CPO terbesar di dunia, industri kelapa sawit Indonesia telah memberlakukan moratorium lahan sawit baru. Tentu ini kondisi akan menguntungkan harga sawit ke depannya, karena mengerem supply di tengah kenaikan permintaan sawit global.
Sementara itu secara terpisah, Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera Dr Robiyanto, mengatakan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berencana menggelar (IPO) pada Kuartal IV tahun ini. NSS menilai, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melepas saham ke publik. Terutama melihat dari potensi kenaikan harga CPO menyusul kenaikan kebutuhan minyak nabati dunia.
Di sisi lain, dari internal perusahaan ada kebutuhan modal untuk memperkuat kapasitas usaha guna memanfaatkan peluang bisnis di industri kelapa sawit yang sangat besar, yaitu menambah pabrik kelapa sawit (PKS) dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
“Untuk lembar saham masih digodok terus. Kami perkirakan freefloat sekitar 40%. Kami membidik kapitalisasi pasar setelah IPO sudah mencapai Rp5 triliun. Dana IPO diperkirakan Rp2 triliun. Harga diperkirakan di sekitar Rp135 hingga Rp150 per lembar,” tambahnya.
Robiyanto mengatakan, penelitian diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan milik perusahaan juga milik petani rakyat di sekitar perusahaan. NSS berupaya meningkatkan produktivitas sawit nasional tidak hanya di kebun milik sendiri, tetapi juga tanaman petani, yang saat ini selisihnya masih sangat jauh di bawah kebun perusahaan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)