Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Singapura Lockdown, Pekerja Migran: Seperti di Penjara

Agregasi VOA , Jurnalis-Selasa, 16 November 2021 |07:33 WIB
Singapura <i>Lockdown</i>, Pekerja Migran: Seperti di Penjara
Pekerja migran merasa seperti di penjara selama Singapura lockdown (Foto: Shutterstock)
A
A
A

Komoditas Ekonomi

Ketika asrama pekerja migran yang biasa terletak menyendiri dan berada di bagian terpencil Singapura menjadi pusat gelombang COVID-19 pertama di negara itu, hal itu menjadi suatu yang direnungkan.

Seruan meningkat untuk meningkatkan kondisi kehidupan para migran yang telah melakukan pekerjaan berat membangun gedung pencakar langit yang berkilauan di pusat bisnis dari negara tersebut, juga melakukan pekerjaan membersihkan perumahan dan memelihara transportasi umum dalam beberapa dekade terakhir.

Pemerintah berjanji akan mengambil langkah-langkah seperti membangun asrama baru dengan fasilitas yang lebih modern dan lebih banyak ruang bagi penghuni.

Namun kritikus mengatakan pembatasan terus-menerus yang dihadapi oleh para pekerja - yang biasanya berpenghasilan dari Sg $500 hingga $1.000 atau setara dengan Rp5,3 juta-Rp10,5 juta per bulan di salah satu kota termahal di dunia - menyoroti betapa sedikit perubahan yang sesungguhnya terjadi.

"Pemerintah kami tidak melihat mereka sebagai manusia seutuhnya," Alex Au, Wakil Presiden Kelompok Hak Migran Transient Workers Count Too, kepada AFP.

Pihak berwenang memperlakukan para migran seperti "komoditas ekonomi", dan gagal "memberikan hak yang sama kepada mereka, kebebasan yang sama yang dimiliki warga kita," katanya.

Ketika kritik meningkat, pihak berwenang di negara-kota berpenduduk 5,5 juta itu memulai skema yang memungkinkan sejumlah kecil orang melakukan perjalanan terorganisir ke daerah-daerah yang ditentukan.

Sekitar 700 orang berpartisipasi dalam bulan pertama program itu dijalankan pada September, dan diperluas pada akhir bulan lalu untuk memungkinkan hingga 3.000 pekerja seminggu dari asrama untuk berpartisipasi. Namun ini masih hanya mewakili sebagian kecil dari pekerja.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement