Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa menjadi periset tidak perlu takut miskin jika bisa menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Ini merupakan bukti bahwa periset tidak perlu takut miskin karena dia bisa melakukan kegiatan penelitian yang menghasilkan suatu produk yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dibeli lisensinya oleh industri, dan setiap produk yang dijual ada royaltinya yang masuk ke kas negara melalui PNBP,” tambahnya.
Teranyar, tim peneliti BRIN berhasil mengembangkan RT-LAMP, metode alternatif pengujian virus Covid-19 tanpa alat PCR, termasuk varian Omicron.
Dia mengatakan, BRIN sejak awal telah menggandeng pihak industri dalam mengembangkan produk ini. Dirinya berharap, pengembangan produk RT-LAMP dapat terus dilanjutkan dengan deteksi lebih canggih dan lebih nyaman digunakan masyarakat.
“Kalau sekarang RT-LAMP masih ambil sampel melalui swab hidung, masyarakat mungkin masih belum nyaman. Nanti kami akan membuat varian produk lain yang lebih nyaman, tapi kualitasnya tetap setara dengan RT-PCR,dan ini merupakan tantangan terhadap kebutuhan di masyarakat yang memang menantikan produk-produk seperti ini,” pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)