JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir meyakini pembentukan holding dan subholding PT PLN (Persero) tidak menambah beban utang perusahaan induk. Sebab, Erick menilai utang PLN saat ini sudah cukup besar yakni Rp460 triliun.
Dia menilai keberadaan holding dan subholding justru dapat mencari alternatif pendanaan lain dalam skema aksi korporasi. Hanya saja dia enggan merinci lebih jauh aksi korporasi yang dimaksudkan.
Baca Juga: Erick Thohir Bentuk Sub Holding, PLN Hanya Akan Urus Transmisi Listrik
"Tapi utang PLN juga besar kan gak bisa nambah utang. Jadi subholding ini akan mencari pendanaan lain. Corporate action, bukan menjual aset negara," ujar Erick dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Rabu (19/1/2022).
Baca Juga: Transformasi Bisnis PLN, Ini yang Dilakukan Erick Thohir
Dia juga menegaskan, pendirian holding dan subholding BUMN kelistrikan itu tidak akan menjual aset negara untuk mendukung pembiayaan. Namun, holding yang dibentuk sama seperti Holding Ultra Mikro yang merupakan hasil konsolidasi antara PT Bank BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT PNM (Persero).
"Misalnya kita konsolidasi BRI, PMN dan Pegadaian, gak ada kekuatan asing mengambil, tapi market optimis berpihak pada UMKM, dan jadi future BRI, right issue sebesar itu," ungkap dia.