Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Perang Rusia-Ukraina, Harga CPO, Nikel hingga Timah Semakin Tinggi

Anggie Ariesta , Jurnalis-Selasa, 01 Maret 2022 |10:51 WIB
Perang Rusia-Ukraina, Harga CPO, Nikel hingga Timah Semakin Tinggi
Harga komoditas tinggi imbas perang Rusia-Ukraina. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Perang Rusia-Ukraina yang terjadi Kamis (24/2/2022), masih pengaruhi harga komoditas hingga cukup tinggi.

Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, dalam dua hari libur nasional minggu ini, tak bisa lepas dari beberapa sentimen global.

"Ukraina kelihatannya masih cukup panas ya jadi tidak selesai dalam beberapa hari ini, nah itu yang membuat harga komoditas cukup tinggi saat ini ya termasuk CPO yang sempat All Time High," kata Suria dalam Power Breakfast IDX, Selasa (1/3/2022).

 BACA JUGA:Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Periode Maret 2022, Segini Besarannya

Selain CPO, sentimen juga menarik harga komoditas lain, seperti nikel dan timah yang terus tinggi.

Rata-rata harga komoditas tinggi dengan adanya geopolitik di Ukraina ini.

Terkait perang Rusia-Ukraina, ada beberapa negara yang memberi solusi.

Menurut Suria, pertikaian ini terjadi adanya pipa gas antara Rusia dan Ukraina.

"Ada beberapa negara yang dirugikan, tapi Jerman diuntungkan karena suplai gas yang meningkat, Jadi kalau ini beroperasi tadinya, itu akan merugikan Amerika," ujarnya.

 BACA JUGA:Nilai Tukar Petani Meningkat Berkat Kenaikan Harga Komoditas

Untuk saat ini rencana tersebut ditunda karena Jerman menunda izinnya.

Secara geopolitikal, Amerika Serikat sudah diuntungkan dari keputusan itu, masalahnya sekarang dari sanksi ekonomi tergantung negara tersebut suplai dari Rusia.

"Sebetulnya saya ga begitu yakin sanksi ekonomi bisa diterapkan ke Rusia kalau negara-negara itu butuh dengan komoditas dan barang-barang Rusia, bagaimana mereka mengenai sanksi kalau ada kebutuhan," jelasnya.

Harga komoditas sumber ekspor Indonesia seperti batu bara harganya ikut naik, tapi satu sisi harga minyak yang tinggi bisa merugikan Indonesia.

"Karena Indonesia merupakan net importir ya dari oil gitu kan, jadi negatifnya disitu. Di satu sisi saya melihat ancaman inflasi dengan meningkatnya harga komoditas ini," bebernya.

Jika harga barang terus naik, maka akan menekan biaya yang membuat inflasi naik.

Dari sisi postur APBN, seperti balance yang harus dicari oleh Indonesia, satu sisi inflasi menjadi suatu yang penting.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement