JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukrania tidak hanya menyebabkan lonjakan pada harga migas dunia, namun juga batubara. Hal itu dikarenakan Rusia termasuk negara pengekspor batubara terbesar ke negara-negara Eropa.
Menurut Pengamat Energi UGM Fahmy Radhi, berbeda dengan kenaikkan harga migas, meroketnya harga batubara sangat menguntungkan bagi Indonesia, yang menaikkan perolehan devisa bagi negara dan pengusaha untuk meraup laba dalam jumlah sangat besar.
"Dengan harga pokok produksi antara USD 30-40 per metrik ton, keuntungan besar sudah di tangan. Kenaikan laba yang besar itu sudah pasti akan menaikan harga saham bagi semua emiten perusahaan batubara, yang menjual sahamnya di pasar modal," ujar Fahmy dalam keterangannya kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (13/3/2022).
Bahkan menurutnya, peluang pasar ekspor batubara di Eropa, yang selama ini dipasok Rusia, semakin terbuka.
Namun, Fahmy mengingatkan agar pengusaha batubara tidak rakus dalam meraup keuntungan dengan mengekspor seluruh produksi tanpa memasok batubara ke PLN yang menyebabkan krisis batubara di PLN seperti terjadi sebelumnya.
"Dalam ketentuan Domestic Market Obligation (DMO), pengusaha wajib menjual batubara ke PLN sebesar 25% dari total produksi dengan harga USD 70 per metrik ton. Kalau pengusaha serakah lalu mengabaikan DMO, krisis batubara di PLN pasti akan kembali terulang," tandas Fahmy.
Baca Juga: BuddyKu Fest: Challenges in Journalist and Work Life Balance Workshop
Follow Berita Okezone di Google News