Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bank Ina (BINA) Milik Anthoni Salim Bakal Rights Issue, Bidik Rp1 Triliun

Feby Novalius , Jurnalis-Minggu, 05 Juni 2022 |16:12 WIB
Bank Ina (BINA) Milik Anthoni Salim Bakal <i>Rights Issue</i>, Bidik Rp1 Triliun
Rencana Rights Issue Bank Ina. (Foto: Okezone.com/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan menggelar hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Target rights issue ini Rp1 triliun untuk penambahan modal.

"Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya rights issue keempat akan dilakukan di semester II- 2022 untuk pemenuhan modal inti di akhir tahun 2022 sebesar Rp3 triliun," kata Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (5/6/2022).

Baca Juga: Aset Bank Ina (BINA) Naik 36% Jadi Rp11 Triliun

Pemenuhan modal inti ini sesuai POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Bank milik konglomerat Anthoni Salim ini berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dalam Penawaran Umum Terbatas (IV) dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Baca Juga: Bank Pemilik Miliarder Anthony Salim Bakal Rights Issue

Sementara itu, per akhir Maret 2022, Bank Ina mencatatkan pertumbuhan yang kuat dengan pencapaian total aset sebesar Rp17,7 triliun, meningkat 67% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Pertumbuhan total aset ini didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tinggi, dimana penghimpunan DPK Bank Ina tercatat meningkat 54% dari Rp9,3 triliun pada akhir Maret 2021 menjadi Rp14,38 triliun pada akhir Maret 2022 dengan rasio CASA sebesar 45%," katanya.

Simpanan deposito juga tumbuh 63% menjadi Rp7,9 triliun. Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan dengan tetap menjaga biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Dia melanjutkan, dengan pertumbuhan yang tinggi pada penyaluran kredit triwulan 1/2022 sebesar 95% menjadi Rp5,4 triliun, Bank Ina tetap menjaga kualitas kredit agar berada di level yang sehat, seperti tercermin dari rasio kredit bermasalah, atau gross NPL, yang berada di level 1,83%.

"Angka tersebut masih di bawah rata-rata industri sebesar 3,08% pada akhir Februari 2022.Rasio permodalan sebesar 36,97%, masih cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank, dengan likuiditas yang terjaga dengan baik," ujarnya.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement