JAKARTA – Ekonomi Sri Lanka telah benar-benar runtuh dan kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional adalah satu-satunya jalan untuk bangkit.
Hal ini dikatakan oleh Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe kepada parlemen pada Rabu (22/6/2022) waktu setempat.
“Kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan,” kata Wickremesinghe, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (23/6/2022).
"Kami sekarang melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah,” lanjutnya.
BACA JUGA:Sri Lanka Bangkrut, Siapa Biang Keroknya?
Analisis suram muncul ketika pihak berwenang mengadakan pembicaraan dengan pemberi pinjaman yang berbasis di Washington untuk kesepakatan dana segar.
Sri Lanka membutuhkan USD6 miliar atau setara Rp98 triliun (kurs: Rp14.860) dalam beberapa bulan mendatang untuk menopang cadangannya.