NEW YORK - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, karena selera risiko memburuk. Di sisi lain, obligasi pemerintah AS yang aman dalam permintaan di tengah meningkatnya prospek resesi.
Sementara itu, Euro tergelincir pada akhir perdagangan Kamis karena data PMI Jerman dan Prancis yang lebih lemah dari perkiraan mendorong para pedagang memangkas taruhan kenaikan suku bunga yang akan disampaikan Bank Sentral Eropa (ECB).
Harga-harga yang lebih tinggi di zona euro membuat permintaan untuk barang-barang manufaktur turun pada Juni. Indeks Manajer Pembelian (PMI) pabrik dari S&P Global turun ke level terendah hampir dua tahun di 52,0 dari 54,6.
Baca Juga:Â Dolar AS Menguat, Euro Anjlok Sikapi Kebijakan Bank Sentral Eropa
"Rasio (PMI) manufaktur atau jasa cenderung menjadi barometer yang baik untuk mata uang pro-siklus. Rasionya telah turun tajam relatif terhadap AS," kata Ahli Strategi Senior Valas, Mazen Issa, dikutip dari Antara, Jumat (24/6/2022).
"Dinamika ini biasanya konsisten dengan ketahanan dolar AS lebih lanjut. Ini dapat didukung ketika kekhawatiran resesi meningkat," ujarnya.
Baca Juga:Â Dolar AS Kian Tertekan Penyataan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde
Pasar memperkirakan bahwa Bank Sentral Eropa akan menaikan suku bunga acuannya sekitar 30 basis poin (bps) pada Juli. Pedagang juga memangkas ekspektasi seberapa besar ECB akan menaikkan suku bunga pada akhir 2022 menjadi 161 basis poin, dibandingkan dengan 176 basis poin pada Senin (20/6/2022).
Di Amerika Serikat, Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 51,2 pada Juni dari angka akhir 53,6 pada Mei.
Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di sektor swasta. Indeks pesanan komposit jatuh ke 47,4, kontraksi pertama sejak Juli 2020, dari 54,9 pada Mei.