JAKARTA - Pengusaha asal Surabaya bernama Budi Said menggugat perusahaan pelat merah PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.
Dirangkum Okezone, Rabu (6/7/2022) hal itu karena Budi melaporkan soal kecurangan yang diterimanya ketika beli emas Antam.
Sebelum berujung ke meja hijau, Budi sempat ragu saat ditawari diskon harga emas Rp530 juta per kilogram/kg atau Rp530.000 per gram.
Alasannya, karena harga yang ditawarkan jauh di atas rata-rata.
Adapun yang menawari Budi adalah Endang Kumoro, Misdianto, dan Eksi Anggaraini pada 2018 lalu.
Namun, Endang pun sempat menyebut tidak mengetahui soal diskon harga emas itu.
Sedangkan, Misdianto menuturkan dalam proses transaski barang menjadi mundur ke 12 hari kerja sejak uang diterima.
Lalu, Eksi menerangkan bahwa pembelian dengan harga itu bisa dilakukan dengan syarat penerimaan barang 12 hari kerja setelah transfer.
Akhirnya, mereka berhasil meyakini Budi untuk membeli emas tersebut.
Menurut kabar, Budi membeli 7.071 kg emas, yang di mana Eksi bisa dapat Rp70,71 miliar.
Eksi juga mengiming-imingi Budi dengan diskon Rp3,5 triliun jika dia memberikan komisi Rp10 juta per kg.
Pada awal pengiriman, Budi hanya dikirim 17,6 kg emas dari 20 kg pertama yang dibeli.
Eksi menjawab kalau sesuai ketentuan maka harus tunggu sampai 12 hari kerja.
Budi pun kembali mengeluh bahwa hanya terima 5,9 ton emas dari 7,07 ton yang dibeli dengan harga diskon.
Dari pihak Antam mengklaim sudah mengirimkan seluruh emas sesuai dengan uang yang dikirim Budi.
Antam menegaskan tak pernah memberikan harga diskon seperti yang Budi sebutkan.
Kini, kasus tersebut pun berlanjut dengan proses hukum yang berlaku.
Mahkamah Agung (MA) mengabulkan upaya hukum kasasi yang diajukan pengusaha asal Surabaya, Budi Said atas perbuatan melawan Antam.
“Amar putusan, Kabul,” seperti yang dilihat dari situs Mahkamah Agung, Sabtu (1/7/2022).
Adapun pada 19 Agustus 2021 silam Pengadilan Tinggi Surabaya mengabulkan banding yang diajukan PT Antam.
Pengadilan Tinggi meloloskan Antam dari vonis hukuman membayar Rp817,4 miliar atau setara 1,1 ton sebagaimana yang diputus Pengadilan Negeri Surabaya pada tingkat satu.
(Zuhirna Wulan Dilla)