JAKARTA - Kurs euro melayang mendekati level terendah 20 tahun terhadap dolar AS di sesi Asia pada Selasa pagi, di tengah kekhawatiran bahwa krisis energi dapat mengarahkan Eropa ke dalam resesi, sementara Federal Reserve (Fed) AS terus agresif memperketat kebijakannya untuk mengekang inflasi.
Mata uang tunggal jatuh ke serendah 1.0006 dolar pada Senin (11/7/2022), terendah sejak Desember 2002.
Indeks dolar - yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, dengan euro paling berat - juga sedikit berubah di 108,17, menyusul lonjakan semalam ke tertinggi sejak Oktober 2002 di 108,26.
Pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman, pipa Nord Stream 1, memulai masa pemeliharaan tahunan pada Senin (11/7/2022), dengan aliran diperkirakan akan berhenti selama 10 hari.
Pemerintah, pasar, dan perusahaan-perusahaan khawatir Rusia akan memperpanjang penutupan karena perang di Ukraina, memperburuk krisis pasokan energi di benua itu dan berpotensi mempercepat resesi.
Kelemahan euro telah menjadi bagian besar dari dorongan indeks dolar yang lebih tinggi, dengan mata uang safe-haven AS juga didukung oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan di tempat lain juga, dengan China khususnya menerapkan kebijakan nol-COVID yang ketat untuk menahan wabah baru.
Namun demikian, bisa dibilang faktor terbesar dalam kenaikan dolar adalah pandangan The Fed akan menaikkan suku lebih cepat dan lebih jauh dari rekan-rekannya.