BALI - Perdebatan terjadi dalam pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan yang berakhir kemarin menghasilkan 14 paragraf keputusan bersama para anggota G20 dengan dua poin yang masih diperdebatkan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ada beberapa komitmen yang dihasilkan dalam FMCBG ini. Menurut Sri Mulyani FMCBG menghasilkan kesepakatan luar biasa di tengah memanasnya kondisi Geopolitik.
"Hanya dua paragraf yang tidak sepakati bersama, ini merefleksikan masing-masing negara punya isu dan mereka punya langkah yang belum bisa direkonsiliasi," ungkapnya, dikutip Minggu (17/7/2022).
Baca Juga: FMCBG G20 Hasilkan Dana Patungan untuk Pandemi USD1,28 Miliar
Melansir rangkuman hasil rapat FMCBG, dua hal yang tidak disepakati tersebut yakni, pertama berupa pemulihan ekonomi yang diakibatkan perang Rusia melawan Ukraina. Hampir seluruh anggota G20 sepakat bahwa ekonomi global melambat imbas perang.
Sayangnya Rusia justru menyatakan pandangan bahwa sanksi Barat menambah tantangan global.
"Banyak anggota sepakat bahwa pemulihan ekonomi global telah melambat dan menghadapi kemunduran besar sebagai akibat dari perang Rusia melawan Ukraina, yang dikecam keras, dan menyerukan diakhirinya perang. Salah satu anggota menyatakan pandangan bahwa sanksi tersebut menambah tantangan yang ada. Anggota mencatat bahwa tantangan yang ada telah diperburuk, termasuk ketidaksesuaian pasokan-permintaan, gangguan pasokan, dan peningkatan harga komoditas dan energi, yang telah menambah tekanan inflasi yang meningkat dan berkontribusi pada peningkatan risiko kerawanan pangan," tulis pernyataan G20.
Baca Juga: Negara G20 Komitmen Atasi Utang Negara Miskin
Kemudian banyak anggota mencatat pentingnya tindakan lanjutan terhadap perubahan iklim, serta mengatasi kerentanan utang. Beberapa anggota menyambut baik catatan Presidensi G20 tentang penetapan kebijakan untuk mendukung pemulihan dan mengatasi efek untuk mengamankan pertumbuhan di masa depan.
Adapun poin kedua yang tidak disepakati adalah mengenai kerawanan pangan imbas perang Rusia melawan Ukraina. Mayoritas anggota sepakat bahwa ada peningkatan kerawanan pangan dan energi yang mengkhawatirkan, yang dirasakan secara tidak proporsional oleh kelompok rentan. Beberapa juga menyatakan keprihatinan tentang ketersediaan pupuk yang berpotensi memperburuk krisis pangan.
"Para anggota menegaskan komitmen mereka untuk menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk risiko kerawanan pangan," isi pernyataan tersebut.
Banyak anggota siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat mengenai ketahanan pangan, termasuk dengan bekerja dengan inisiatif lain. Anggota mendukung inisiatif multilateral.
"Beberapa anggota meminta lembaga keuangan internasional untuk mengimplementasikan komitmen dalam Rencana Aksi untuk Mengatasi Kerawanan Pangan. Anggota juga menyambut baik Seminar Tingkat Tinggi tentang Penguatan Kolaborasi Global untuk Mengatasi Kerawanan Pangan. Para anggota sepakat untuk menjaga stabilitas keuangan dan kesinambungan fiskal jangka panjang," tulis G20.
(Feby Novalius)