Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Orang RI Berobat ke Luar Negeri Sedot Devisa Rp100 Triliun, Ternyata Ini Penyebabnya

Noviana Zahra Firdausi , Jurnalis-Senin, 17 Oktober 2022 |13:49 WIB
Orang RI Berobat ke Luar Negeri Sedot Devisa Rp100 Triliun, Ternyata Ini Penyebabnya
Orang RI Berobat ke Luar Negeri Sedot Devisa Rp100 Triliun (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Orang Indonesia lebih suka berobat ke luar negeri, namun praktek ini justu membuat devisa negara hampir USD6 miliar per tahun atau sekira Rp100 triliun dinikmati negara lain.

Ternyata, penyebab orang Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri karena minimnya jumlah dokter spesialis di berbagai rumah sakit di Indonesia.

Hal ini pernah disoroti oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi mengungkapkan, masyarakat kelas atas itu cenderung berobat ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang karena kurang mengapresiasi keberadaan rumah sakit dan layanan kesehatan di dalam negeri.

"Uang yang keluar untuk membiayai yang sakit dan ke luar negeri lebih dari Rp 110 Triliun setiap tahunnya," kata Jokowi belum lama ini.

Baca Juga: Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri Habiskan Rp110 Triliun, Jokowi Gencarkan Pembangunan Rumah Sakit

Menurut, Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) John Riady, padahal secara kualitas dokter-dokter spesialis di Indonesia tidak kalah dan banyak yang melampaui koleganya di luar negeri karena terbiasa menghadapi persoalan kesehatan yang lebih kompleks dan berat di dalam negeri.

“Hanya saja, keberadaan dokter-dokter spesialis masih berpusat di Jakarta. Semakin jauh dari kota besar, kualitas dan jumlah dokter semakin berkurang,” kata John di Jakarta, Senin (17/10/2022).

John juga mendukung kekhawatiran Jokowi atas fenomena banyaknya masyarakat berobat ke luar negeri hingga menghabiskan dana USD6 miliar per tahun.

“Karena masyarakat memandang di dalam negeri, entah rumah sakitnya, entah tenaga kesehatan, dan alat kesehatannya belum siap atau lebih baik berobat ke luar daripada di dalam negeri,” ujarnya.

 

Saat ini jumlah dokter hanya sekitar 81.011 orang, dengan persebaran terbanyak di Pulau Jawa, terutama Jabodetabek. Rasio itu hanya mencapai 0,3 per 1.000 orang.

“Lemahnya industri kesehatan di Indonesia, justru telah menguntungkan negara-negara tetangga yang memiliki industri jasa kesehatan lebih maju. Persoalannya, dari sisi supply layanan kesehatan secara nasional dinilai sangat kurang, terutama dari segi kuantitas, Indonesia hanya memiliki rasio ranjang 1,33 per 1.000 orang,” katanya.

Padahal, sektor kesehatan merupakan salah satu tulang punggung pemasukan ekonomi nasional. Apalagi, terdapat kebutuhan yang meningkat seiring antisipasi merebaknya wabah di masa depan maupun pertumbuhan pendapatan masyarakat. Indonesia memiliki pasar yang besar untuk industri kesehatan, sementara itu sekitar 600 ribu masyarakat Indonesia pergi keluar negeri.

“Ke depan tren masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat. Bahkan hidup sehat sekarang sudah menjadi gaya hidup,” kata John.

John mencontohkan, Siloam banyak menempatkan dokter-dokter spesialis di daerah dan meningkatkan kualitasnya menjadi standar internasional seperti Siloam Labuan Bajo International Medical Centre (LIMC) misalnya.

“Agar dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat setempat dan para wisatawan mancanegara untuk mendukung pemulihan pariwisata dan mendongkrak jumlah wisatawan ke Labuan Bajo pada masa mendatang,” tukasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement