JAKARTA – Pemerintah menetapkan defisit APBN 2023 sebesar 2,84%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, defisit APBN ini mencakup lebih dari Rp530 triliun defisit dan menjadi wujud disiplin fiskal.
"Ini sesuai dengan janji kita bahwa ekspansi fiskal yang extraordinary karena pandemi akan berakhir di tahun ini, dan kita kembali kepada disiplin fiskal. Teman-teman mungkin nanya, 'Bu, kenapa sih perlu disiplin?' Pada saat market sekarang sangat turbulent, exchange rate tinggi, interest rate tinggi, kalau Anda tidak punya anchor atau jangkar disiplin fiskal, ya yang terjadi adalah confidence akan runtuh," ujar Sri, Jumat (2/12/2022).
Menurutnya hal ini bisa saja terjadi, dengan contoh nyata apa yang terjadi di Inggris. Dia tak ingin RI seperti Inggris yang salah menentukan posisi fiskal.
"Salah posisi fiskal, bahkan ekonomi sekuat Inggris juga gelempang. Jadi ini adalah salah satu jangkar untuk menjaga confidence dan stabilitas. Pada saat risiko meningkat, harga dari cost of fund meningkat, fiskal kita harus dijaga tetap sehat namun tetap suportif. 2,84% itu lebih dari Rp530 triliun defisit. Itu cukup untuk memberikan stimulasi. Total spending kita di atas Rp3.000 triliun, atau sebesar Rp3.018 triliun, itu lebih tinggi dari tahun ini dan selama periode COVID-19," tegas Sri.
Dia menekankan bahwa sisi fiskal akan tetap suportif, tetapi tetap prudent karena menjadi jangkar dari stabilitas.
"Inilah yang kemudian akan menjaga momentum pemulihan ekonomi kita tahun 2023," pungkas Sri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)