JAKARTA - Harga emas naik di akhir perdagangan Selasa. Harga emas pun kembali di atas level psikologis USD1.800, karena greenback merosot setelah data harga konsumen AS menunjukkan penurunan inflasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange naik USD33,20 atau 1,85% menjadi USD1.825,50 per ounce. Sebelumnya emas mencapai puncak di USD1.836,80 atau yang tertinggi sejak 27 Juni.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tembus Rp1 Juta di Akhir Pekan, Ini Daftar Terbarunya
Sedangkan logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 58,7 sen atau 2,51% menjadi USD23,99 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari melambung USd30,90 atau 3,07% menjadi USD1.038,90 per ounce.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen AS naik 7,1% dibandingkan November tahun lalu. Namun inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 7,3%.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Makin Mahal Gegara Inflasi Tinggi
Indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS turun tajam karena data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, malah mendorong emas. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (14/12/2022).
Federasi Nasional Bisnis Independen juga mencatat Indeks Optimisme Bisnis Kecil naik 0,6 poin menjadi 91,9 pada November. Namun demikian, pembacaan November adalah bulan ke-11 berturut-turut di bawah rata-rata 49 tahun sebesar 98.
Emas telah naik sekitar USD200 dari level rendah USD1.600 yang dicapai pada awal Oktober. Selama tujuh minggu terakhir, emas hanya membukukan penurunan dalam satu minggu.
Rebound emas telah difasilitasi oleh jatuhnya indeks dolar, yang telah kehilangan hampir 8,0 persen nilainya sejak Oktober. Pada Selasa (13/12/2022) saja, indeks, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, jatuh 1,4 persen, terbesar dalam sehari sejak 11 November.
(Feby Novalius)