"Nilai ekspor non migas sebagai pendorong kinerja ekspor total 2022 bahkan mencapai USD253,61 miliar pada Januari- November 2022, sudah melampaui capaian 2021 sebesar USD219,25 miliar," ungkapnya.
Sambungnya, kenaikan harga komoditas seperti nikel dan batu bara masih menjadi faktor utama sebagai dampak supercycle commodity era. Pada Januari-November 2022 ekspor produk olahan nikel tumbuh sangat tinggi sebesar 398,39% YoY, diikuti batu bara sebesar 70,17% YoY.
Di samping itu, kata Mendag, meskipun terjadi pelemahan global, selama periode tersebut ekspor produk manufaktur Indonesia masih tetap tumbuh. Besi baja tumbuh 37,11% YoY, alas kaki tumbuh 29,27% YoY, serta kendaraan dan bagiannya tumbuh 27,29% YoY.
"Secara keseluruhan capaian kinerja ekspor yang lebih tinggi dari impor menjadikan neraca perdagangan Indonesia tetap surplus selama 31 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," tegasnya.
Adapun pada Januari-November 2022 surplus sudah mencapai USD50,59 miliar. Mendag bilang, angka tersebut menjadi rekor sejarah baru Indonesia karena melampaui rekor tertinggi sebelumnya di tahun 2006 dengan nilai surplus USD39,73 miliar.
(Zuhirna Wulan Dilla)