Deputi Keuangan dan Komersialisasi, Kurnia Chairi menyampaikan bahwa efisiensi operasional hulu migas terus meningkat.
Tingginya aktvitasi operasional hulu migas, dapat dijaga seefisien mungkin. Efisiensi operasional hulu migas terlihat dari alokasi biaya cost recovery yang telah ditetapkan pada APBN sebesar USD8,65 miliar dapat digunakan dengan efisien sehingga hanya terealisasi sebesar USD7,8 miliar atau hanya sebesar 90,1% dari pagu anggaran.
“Di tengah tingginya harga energi dunia serta kemampuan menjaga biaya-biaya di industri hulu migas tetap efisien, menunjukkan bahwa daya saing industri ini terus mengalami peningkatan. Hal ini juga sebagai bukti bahwa pengawasan oleh SKK Migas dapat dijalankan secara efektif sehingga mendorong peningkatan penerimaan negara yang lebih optimal”, imbuh Kurnia.
“Sebagai dari hasil peningkatan investasi dan kemampuan menjaga biaya-biaya secara efisien, maka penerimaan negara dari hulu migas di tahun 2022 mencapai USD18,19 miliar atau setara dengan Rp269 triliun atau 183% dari target yang ditetapkan USD9,95 miliar. Jika dibandingkan dengan data penerimaan negara sejak 2016, maka penerimaan di tahun 2022 adalah yang paling besar. Untuk tahun 2023 target penerimaan negara ditetapkan sebesar USD15,88 miliar atau meningkat 159% dibandingkan target 2022”, terang Kurnia.
Selain sebagai sumber penerimaan negara, industri hulu migas turut mendukung peningkatan kapasitas nasional.
Pada tahun 2022 pencapaian TKDN hulu migas mencapai 64,75% atau lebih besar dibandingkan target 57% dan capaian tahun 2021 sebesar 59%.
(Zuhirna Wulan Dilla)