Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Begini Cara RI Tangkal Resesi 2023

Advenia Elisabeth , Jurnalis-Sabtu, 21 Januari 2023 |20:01 WIB
Begini Cara RI Tangkal Resesi 2023
Resesi. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Di akhir 2022 lalu, ancaman soal resesi yang diprediksi terjadi pada 2023 menghebohkan berbagai negara, terutama Indonesia.

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan kebijakan makro yang diambil pemerintah Indonesia membuat Tanah Air relatif aman dari resesi.

Adapun Peneliti CIPS Hasran menyebut kalau sebelumnya pemerintah sudah mewanti-wanti resesi diperkirakan baru akan berakhir di akhir 2023 atau di awal 2024.

 BACA JUGA:Meski Resesi, Ekonomi RI Bakal Semakin Tumbuh di Tahun Politik

“Misalnya saja, untuk mengontrol inflasi, Indonesia tidak hanya menggunakan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan BI, tapi juga dibarengi dengan menjaga keterjangkauan harga pangan di pasar dan di tingkat petani,” jelas Hasran dalam keterangan tertulis yang diterima MNC Portal Indonesia dikutip Sabtu (21/1/2023).

Lanjut Hasran, dampak dari kebijakan ini dapat dilihat dari tingkat inflasi Indonesia yang berada di kisaran 5% selama tahun 2022 dengan tingkat suku bunga acuan kisaran 5,50%. Di sisi lain, rasio utang terhadap PDB Indonesia berada di kisaran 30,1%, jauh dari batas aman 60% yang ditetapkan dalam undang-undang.

Kemudian, cadangan devisa Indonesia juga berada dalam kategori aman, yaitu setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Meski begitu, Hasran mewanti-wanti sektor perdagangan sangat mungkin terdampak resesi global dan hal ini bisa menghentikan surplus neraca perdagangan yang sempat diraih Indonesia sejak awal 2020. Surplus yang disebabkan oleh naiknya harga-harga komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO ini akan terhenti karena adanya penurunan permintaan dan harga untuk komoditas-komoditas tadi di pasar global.

Resesi adalah memburuknya kondisi perekonomian negara selama dua kuartal berturut-turut yang ditandai dengan penurunan GDP, meningkatnya pengangguran dan penurunan produktivitas pada sektor riil. Penyebab utama resesi ekonomi kali ini adalah naiknya suku bunga bank sentral negara-negara kekuatan utama dunia sebagai upaya dalam menekan inflasi.

Hasran juga melihat kondisi ini akan membuat industri membayar biaya bunga pinjaman yang lebih tinggi. Untuk meminimalisir ini, industri akan lebih memilih mengurangi produksinya dan mengurangi jumlah tenaga kerja.

“Kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli karena masyarakat akan memprioritaskan konsumsinya pada hal-hal yang dianggap penting. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan sektor-sektor terkait,” tambahnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement