Bob menguasai hulu hingga hilir. Di hulu, dia punya beberapa perusahaan pemilik hak penguasa hutan, seperti PT Essam Timber dan PT Jati Maluku Timber. Di Aceh, dia punya pabrik kertas semen, PT Kertas Kraft Aceh. Untuk mengangukut hasil pengolahan kayu, ia punya Karana Lines.
Meski lebih dikenal di bisnis kayu, imperium bisnis Bob sebenarnya menjalar ke berbagai arah. Ia punya perusahaan asuransi PT Tugu Pratama Indonesia dengan andil 35 persen. Pada 1989, dia membeli saham Bank Umum Nasional (BUN). Di McDermott Indonesia, Bob menjabat sebagai komisaris. Tak cukup di situ, ia mendirikan Sempati Air, berkongsi dengan Hutomo Mandala Putra.
Bob juga malang-melintang di usaha bisnis media. Pada 1994, ia mendirikan Majalah Gatra. Namun, krisis ekonomi kemudian menjungkalkan bisnisnya. Sebagian besar kredit BUN yang digerojokkan ke usaha Bob macet. Sejak Agustus 1998, BUN menjulurkan bendera putih.
Cilaka tak habis di situ. Kroni dekat bekas presiden Soeharto ini juga dituduh menggelapkan ratusan juta dolar Amerika Serikat dana milik Apkindo. Apkindo yang saat itu ia ketuai ketahuan memarkir dana di BUN senilai USD84,7 juta dan semua uang disimpan atas nama Bob.
Saat pemerintah menyatakan BUN masuk deretan ban beku operasi, seluruh aset BUN pun dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Tak hanya itu, Bob juga terjegal kasus proyek penghijauan di NTT dan Timor-timor yang menghabiskan dana Rp47 miliar.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)