JAKARTA - Menjadi Agen BRILink tidak melulu berbicara mengenai keuntungan. Sebagai agen sebuah bank pelat merah, para agen juga berperan untuk mengedukasi para pengguna layanan perbankan.
Hal itulah yang dirasakan Liviasari, pemilik Agen BRILink Jalan Citarum No 24, RT18/RW1, Cideng, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10150.
Semenjak menjadi Agen BRILink di teras rumah keluarganya empat tahun silam, ada saja suka duka yang dialami Liviasari. Ibu dua anak ini, kerap mengedukasi nasabahnya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dia menceritakan, waktu itu ada seorang ibu datang dengan sangat gembira. Ibu tersebut mengaku mendapatkan hadiah uang tunai, namun harus melakukan pembayaran BRIVA terlebih dahulu. Si Ibu bermaksud melakukan transfer dengan meminjam terlebih dahulu kepada dirinya sebagai Agen BRILink. Ibu tersebut berjanji akan membayarnya setelah melakukan transfer sebagai syarat pemenang.
Untungnya, Liviasari sudah tahu modus penipuan yang kerap dilakukan seperti ini. Biasanya si penipu akan meminta transfer beberapa kali dengan iming-iming mendapatkan sejumlah nominal uang yang fantastis. Dirinya pun berusaha mengedukasi ibu tersebut. Namun ibu tersebut sudah sangat percaya sehingga berontak saat dinasehati.
"Saya habis dimarah-marahin sama itu emak-emak, 'Saya mau dapat hadiah kok kamu tidak mau bantu'. Ya saya mau bantu bagaimana ya, dia mau transfer tidak bawa uang. Ini jelas penipuan. Akhirnya dia pergi sih tetapi tetap marah-marahin saya. Mau saya bantu supaya tidak jadi korban penipuan, tapi dia tetap yakin kalau itu benar," cerita Liviasari serba salah.
Selain dimarahi Ibu yang nyaris jadi korban penipuan, ada juga kisah sedih sopir Bajaj. Liviasari menceritakan, suatu sore ada seorang sopir Bajaj datang untuk meminta layanan transfer ke kampung halamannya. Si Sopir Bajaj tersebut bermaksud untuk mengirimkan uang Rp500 ribu untuk istrinya di kampung.
Sesuai standar operasional prosedur (SOP), dia selalu mengecek keaslian uang nasabah dengan lampu ultraviolet. Tujuannya agar terhindar dari uang palsu.
"Namun pas saya cek pakai lampu ultraviolet, ada satu lembar uang Rp100 ribu yang ternyata palsu. Wajah Bapak Itu sangat kaget dan sedih. Sebab uang itu sangat mendesak untuk pengobatan sang Istri di kampung," ujar Liviasari.
Akhirnya, Liviasari memutuskan untuk meminjamkan uang Rp100 ribu kepada Sopir Bajaj itu. Liviasari mengaku tidak tega dengan si Bapak. Dia yakin kalau rejeki uangnya akan kembali. Sebaliknya, jika bukan rezeki nanti Allah SWT yang akan menggantinya.
"Beneran Bapak itu bayar. Dia narik Bajaj dulu trus berapa hari kemudian dibayar," jelas Liviasari.
Liviasari pun menceritakan, banyak uang palsu pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribuan yang ditemukan saat akan transaksi. Dia pun berusaha mengedukasi para nasabah korban uang palsu yang datang.