Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata Ini Sumber Kekayaan Pesantren Al Zaytun

Rina Anggraeni , Jurnalis-Jum'at, 16 Juni 2023 |13:39 WIB
Ternyata Ini Sumber Kekayaan Pesantren Al Zaytun
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA- Ternyata ini sumber kekayaan Pesantren Al Zaytun ini kerap menuai kontroversi.Ma'had Al-Zaytun atau Ponpes Al-Zaytun terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar. Pesantren ini merupakan usaha dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).

Pembangunan pesantren ini dimulai pada 13 Agustus 1996 silam. Kemudian, dibuka awal pembelajaran dilaksanakan pada 1 Juli 1999. Tentunya pondok pesantren ini memiliki beberapa sumber kekayaannya.

Sumber kekayaan Pesantren Al Zaytun dilansir dari berbagai yakni dari uang masuk pendaftaran.

Biaya Ponpes Al Zaytun Indramayu di atas terdiri atas pendidikan, perlengkapan tidur, perlengkapan makan, listrik 1 tahun, perawatan asrama 1 tahun, kursi dan jemuran 3 tahun, seragam MI, pembuatan BIT, ekstrakulikuler olahraga dan seni 1 tahun, kegiatan organsisasi santri 1 tahun, administrasi, notaris, test antigen 2 orang, sewa bus, dan buku paket.

Kelas 1 memiliki biaya total Rp7.355.00, lalu kelas 2 memiliki biaya total Rp7.356.000, sedangkan tingkatan ketiga yakni dengan biaya total Rp8.098.000, lalu pada kelas 4 punya biaya total Rp7.925.000 serta kelas 5 yakni iaya total Rp7.945.000, kelas 6 yakni biaya total Rp8.387.000.

Seperti diketahui, Ponpes Al Zaytun disebut sebagai pesantren terbesar se-Asia Tenggara ("the largest Islamic madrasah in Southeast Asia").

Ponpes ini berdiri di atas lahan seluas 1.200 hektare. Pada 2011 saja, tercatat ada sekitar 7.000 santri yang menimba ilmu di pesantren ini. Mereka tak hanya berasal dari dalam negeri. Namun, juga dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Afrika Selatan.

Selain itu, Presiden RI ke-3 B.J. Habibie meresmikannya pada 27 Agustus 1999 pada pondok pesantren.

Ponpes yang memiliki landasan yaitu "Pesantren spirit but modern system" ini menggunakan kurikulum yang mengacu pada Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Muatan lokal pun diberikan kepada para siswa, seperti Piagam Madinah dan Hak Asasi Manusia serta Jurnalistik. Selain itu, siswa dibekali kemampuan didaktik agar bisa mengajar.

Para santrinya mengungkapkan, bahwa mereka diajarkan Islam yang terbuka dan toleran, menghindari perpecahan seperti pada aliran Sunni dan Syiah dan menerima penganut agama lain.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement