JAKARTA - Menguak siapa pemilik Bank Yakin Makmur (Bank Yama). Bank Yama hangat menjadi perbincangan masyarakat belakangan ini.
Bank yang terseret dalam pusaran utang piutang antara Jusuf Hamka dan pemerintahan ini ternyata didirikan oleh putri sulung Presiden Soeharto atau dikenal dengan nama Tutut.
Awal mula munculnya Bank Yama dimulai dengan Jusuf Hamka yang berniat untuk menagih utang ke pemerintahan yang dimana nominalnya itu mencapai ratusan miliar. Jusuf Hamka berniat untuk menagihkan utang tersebut kepada perusahaan jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP) yang dimana perusahaan tersebut adalah miliknya sendiri.
Menurut informasi, utang tersebut diklaim merupakan kesepakatan antara CMNP dengan pemerintah yang saat itu ditempatkan di Perusahaan Bank Yama.
Akan tetapi, Sri Mulyani selaku Kementerian Keuangan (KemenKeu) masih enggan untuk memenuhi permintaan Jusuf Hamka tersebut. Menurutnya, masih perlu diperdalam lebih lagi terkait hubungan antara CMNP dan Bank Yama.
Lantas, Bagaimana Sejarah Bank Yama Didirikan?
Sebenarnya, Imbas likuidasi Krisis Moneter Bank Yama sudah tidak ada sejak tahun 1977/1998.
Siti Hardiyanti Rukmana merupakan sosok dibalik Bank Yama ini. Tidak diketahui kapan tanggal pasti dibuatnya Bank Yama. Namun, jika melihat pada sejarah perbankan, bank swasta baru muncul setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan liberalisasi perbankan pada Oktober 1988.
Bank ini cukup berkembang pada saat pemerintahan masa orde baru, tidak berlangsung lama mulai terjadi banyak masalah pada tahun 1995. Sangking banyaknya masalah yang terjadi, Bank Indonesia sampai membuat pernyataan kalau menyatakan bank tersebut memerlukan bantuan teknis dari bank lain.
Masalah-masalah yang terjadi pada bank ini mulai terkuak ke public juga setelah Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden.
Salah satu masalah terbesar Bank Yama, saat diketahui kalau bank ini telah memberikan pinjaman ke stasiun TV Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Tidak hanya itu, Bank Yama juga disinyalir memberikan pinjaman ke perusahaan petrokimia.
Sehingga, Bank Indonesia meminta beberapa bank untuk membantu memperbaiki manajemen dan operasional Bank Yama. Bank Nasional Indonesia (BNI) dan Bank Central Asia (BCA) merupakan 2 bank yang memberikan bantuan kepada Bank Yama.
Namun, upaya tersebut juga masih gagal.
Saat krisis ekonomi memburuk, ditambah dengan BCA yang tengah mengalami masalah serius kala itu. Upaya untuk mengembalikan Bank Yama ini berujung pada kegagalan.
13 Maret 1999 Pemerintah secara resmi menutup Bank Yama.
Ternyata, penutupan Bank Yama tersebutlah membuat masalah baru muncul sekarang. Karena sebelum ditutup, CMN sebetulnya masih memiliki deposito di Bank Yama, tetapi perusahaannya tidak mendapatkan ganti atas depositonya oleh pemerintah.
(Taufik Fajar)