JAKARTA - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin, di tengah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi China yang goyah dan dolar AS menguat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 60 sen atau 0,69% menjadi USD86,21 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September merosot 68 sen atau 0,82% menjadi USD82,51 per barel di New York Mercantile Exchange.
Kepala Analis Teknis ICAP-TA, Walter Zimmerman menilai, dengan memudarnya harapan ekonomi China akan kembali ke tingkat permintaan pra-pandemi, pasar minyak memiliki sedikit harapan untuk pertumbuhan di masa depan.
"Masalahnya adalah karena China semakin terbukti tidak mampu keluar dari jalannya sendiri ke sisi positif, apalagi memimpin ekonomi dunia, tidak banyak lagi yang bisa memimpin hal-hal yang lebih tinggi," ujarnya, dikutip dari Antara, Selasa (15/8/2023).
Sementara itu, Analis Price Futures Group, Phil Flynn, juga menilai, pelaku pasar kini terpecah antara menimbang keseimbangan penawaran-permintaan yang ketat terhadap tanda-tanda melemahnya permintaan dari China.
"Saya pikir kita masih akan menghadapi pasar yang sangat ketat," kata Flynn.
Selain itu, harga minyak juga tertekan karena indeks dolar AS memperpanjang kenaikan setelah kenaikan harga produsen AS yang sedikit lebih besar pada Juli. Itu mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah meskipun di tengah ekspektasi Federal Reserve berada di akhir kampanye kenaikan suku bunga.