Rentetan krisis politik kawasan yang belum padam dinilai dapat kembali mendorong peningkatan harga energi dalam negeri, sekaligus berpotensi membangkitkan 'hantu' inflasi.
Inflasi yang memanas juga dikhawatirkan dapat memangkas daya beli masyarakat, yang pada akhirnya berdampak terhadap nilai mata uang yang digunakan.
BACA JUGA:
"Dari masalah geopolitik inilah, Presiden Jokowi, Menteri Keuangan, dan Bank Indonesia membuat satu analisa bahwa kalau seandainya geopolitik ini terjadi, maka Rupiah kemungkinan besar rangenya ada di sekitar Rp15.000," papar Ibra.
Disinggung soal agenda Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Ibra menilai periode ini dapat mendorong penjualan dolar yang cukup besar dari kalangan politisi hingga pengusaha yang membutuhkan cash flow rupiah.
"Pada saat pilpres nanti, kemungkinan ada penjualan dolar yang cukup banyak, terutama para politisi dan pengusaha, karena uang akan digunakan untuk kampanye," paparnya.
Secara umum, Ibra memandang jalannya Pemilu 2024 akan lebih kondusif dari periode sebelumnya.
Selain pertumbuhan ekonomi domestik, katalis politik dalam negeri ini dipandang dapat sedikit membawa penyeimbang nilai tukar dari tekanan global.
"Saya optimis akhir 2023 rupiah bisa ke Rp14.800," paparnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)