JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) mencairkan dana USD7,5 miliar atau setara Rp114 triliun untuk Argentina. Pencairan dana setelah IMF menyelesaikan tinjauan kelima dan keenam atas program mereka yang berjumlah USD44 miliar.
Total pencairan dana kepada negara Lionel Messi tersebut berdasarkan perjanjian sekarang berjumlah sekitar USD36 miliar. Sebagian besar uang tunai digunakan untuk membayar kembali dana untuk program lain.
Staf IMF dan Argentina telah mencapai kesepakatan di akhir Juli, namun pencairannya menunggu persetujuan dewan.
Perjanjian tersebut telah meringankan target ekonomi karena kekeringan yang parah telah menciptakan lingkungan yang menantang bagi eksportir biji-bijian tersebut.
“Dewan Eksekutif menilai bahwa target-target program utama tidak tercapai hingga akhir Juni 2023 karena kekeringan bersejarah dan kesalahan kebijakan, sehingga memerlukan persetujuan keringanan ketidakpatuhan,” kata IMF dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Antara, Kamis (24/8/2023).
Target akumulasi cadangan dan neraca fiskal utama serta pembiayaan moneter dari target defisit juga diubah. IMF tidak memberikan target baru.
Cadangan devisa bersih Argentina berada di zona merah menjelang pencairan dana dan negara Amerika Selatan tersebut menyetujui pinjaman sebesar USD775 juta dengan Qatar ditambah pinjaman pembiayaan sementara sebesar USD1 miliar dari bank pembangunan regional CAF dan USD1,7 miliar dari swap dengan China untuk melakukan pembayaran kepada IMF awal bulan ini.
Argentina berencana menggunakan dana tersebut untuk membayar kembali sebagian uang tersebut kepada China.
Tinjauan program berikutnya dijadwalkan pada November, setelah pemungutan suara putaran pertama pemilihan presiden pada 22 Oktober. Pencairan dana tersebut merupakan kunci bagi koalisi pemerintah kiri-tengah dan kandidatnya, Menteri Ekonomi Sergio Massa, dijadwalkan menjadi tuan rumah konferensi pers pada Rabu malam dari Washington.
Argentina, negara pengutang terbesar pada IMF setelah bertahun-tahun mengalami krisis ekonomi, telah menyaksikan masyarakat setempat kehilangan kepercayaan terhadap mata uang mereka karena inflasi mencapai tiga digit dan hampir empat dari 10 orang berada di bawah garis kemiskinan.
Pemerintah pekan lalu mematok peso resmi menjadi USD350 dalam devaluasi sebesar 18% dan menaikkan suku bunga acuan sebesar 21 poin persentase menjadi 118%. Hal ini menjadi langkah yang merugikan secara politik di tengah kampanye presiden. Pemerintah mengatakan IMF menginginkan devaluasi "100 persen".
Pekan lalu, peso mencapai rekor terendah pada 785 per dolar di bursa paralel, lebih dari dua kali lipat nilai tukar resmi, dan terakhir berada pada USD725.
(Feby Novalius)