JAKARTA - Ini alasan Arab Saudi tak mau embargo minyak ke Israel. Lantaran negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah menolak seruan Iran agar untuk menghentikan pasokan minyak mentah ke pendukung Israel terkait pertempuran di Gaza.
Sayang, Arab Saudi tetap memberikan pasokan minyak kepada Israel. Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran saud mengatakan Arab Saudi merupakan produsen utama OPEC dan eksportir minyak bumi terbesar di dunia. Jika ada penghentian pasokan minyak ke Israel akan merugikan negara. Serta ia menilai bahwa himbauan menolak menghentikan minyak tidak akan mengakhiri konflik Israel dan Palestina.
" Bagaimana Anda bisa melakukan itu? Anda berhenti memproduksi minyak untuk memberikan tekanan pada masyarakat dan Anda menderita sama seperti penderitaan orang lain,” kata Pangeran Saud dilansir Reuters.
Pernyataan Saud menekankan ini alasan Arab Saudi tak mau embargo minyak ke Israel. Apalagi, produsen minyak telah mengalami penurunan pendapatan dalam beberapa bulan terakhir karena harga minyak anjlok dari puncaknya di atas USD147 per barel pada bulan Juli menjadi sekitar USD32 pada bulan Desember.
"Para produsen minyak memerlukan kemampuan mereka untuk membangun negara mereka dari sumber daya (minyak) ini. Jika mereka ingin bersiap menghadapi tindakan apa pun terhadap mereka, mereka memerlukan sumber daya tersebut untuk membangun kemampuan mereka,” tambahnya.
Sementara itu Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid al-Falih, meyakinkan bahwa negara Teluk tersebut tidak berencana menggunakan produksi minyak sebagai alat pengaruh dalam konflik Gaza, dan menekankan komitmen terhadap perdamaian melalui diskusi diplomatik.
“Arab Saudi tidak berniat menggunakan produksi minyaknya sebagai alat untuk mempengaruhi jalannya perang di Gaza”. Ucap Menteri Investasi Khalid Al-Falih melansir laman resmi New Arab.
Sebagai informasi, Minyak mentah AS turun sebanyak USD4, atau lebih dari 7%, menjadi di bawah USD45 per barel pada hari Rabu setelah data persediaan minyak pemerintah menunjukkan pasokan minyak mentah dan produk olahan di Amerika Serikat naik lebih dari perkiraan pada minggu lalu.
Harga telah mencapai level tertinggi dalam dua minggu di atas $48 per barel pada hari Senin di tengah kekhawatiran bahwa serangan Israel di Jalur Gaza dapat melibatkan negara-negara Timur Tengah lainnya yang memproduksi sepertiga minyak mentah dunia.
(RIN)
(Rani Hardjanti)