Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa mengatakan, harga gula di pasar global secara tahunan sudah naik sekitar 50% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Hal itu yang menyebabkan terkereknya harga gula nasional karena mayoritas masih dipenuhi dari impor.
Berdasarkan data dari Bank Dunia (World Bank), pada September 2023 lalu harga gula mentah global berada diangka USD0,58 atau setara Rp8.953 (asumsi kurs Rp15.441). Harga tersebut melonjak sekitar 48,4% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Harga gula internasional saat ini itu hampir 50% lebih tinggi jika dibandingkan denga harga gula tahun lalu, jadi kenaikannya relatif tinggi sampai 50an persen," katanya.
Lebih lanjut, Dwi Andreas menjelaskan kondisi naiknya harga dunia dunia yang hampir 50% itu tentunya bakal berdampak pada kenaikan harga gula di dalam negeri sendiri. Mengingat saat ini 70% kebutuhan gula Indonesia dipenuhi oleh impor.
"Dalam arti 70% kebutuhan gula kita berasal dari impor, sehingga pasti ketika harga gula internasional bergejolak, pasti akan sangat bepengaruh terhadap harga di Indonesia, itu sudah clear lah," ujarnya.
Sebelumnya Organisasi Pangan Dunia (FAO) memproyeksikan penurunan produksi gula secara global mengalami penurunan sebanyak 2% pada musim 2023 - 2024. Hasilnya produksi gula secara global bisa lebih rendah sebanyak 3,5 juta metrik ton.
"Semakin banyak gula digunakan untuk produksi bahan bakar nabati seperti etanol, sehingga cadangan gula global berada pada titik terendah sejak 2009," kata peneliti pasar komoditas global FAO Fabio Palmeri.
(Dani Jumadil Akhir)