JAKARTA - Bank Sentral Korea Selatan (Korsel) mencatatkan pertumbuhan terendah dalam tiga tahun pada 2023. Lesunya konsumsi disebabkan oleh tingginya suku bunga dan inflasi.
Bank of Korea (BOK) mencatat PDB riil yang disesuaikan secara musiman, disesuaikan dengan inflasi, tumbuh 1,4% pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak 2020 ketika PDB riil turun 0,7% di tengah pandemi Covid-19. Kecuali 2020, ini menandai pertumbuhan terendah sejak 2009 ketika krisis keuangan global mengguncang perekonomian Asia itu.
Ekspor, yang menyumbang sekitar separuh dari perekonomian yang didorong oleh ekspor tersebut, naik 2,8% pada 2023 setelah naik 3,4% pada tahun sebelumnya karena tertundanya pemulihan di sektor semikonduktor.
Impor naik 3,0% tahun lalu, turun dari kenaikan 3,5% pada tahun sebelumnya. Demikian dikutip dari Antara, Sabtu (27/1/2024).
Konsumsi swasta yang merupakan salah satu mesin pertumbuhan perekonomian Korsel naik 1,8% pada 2023 setelah meningkat 4,1% pada 2022. Melemahnya konsumsi dipicu oleh masih tingginya inflasi dan suku bunga.
Harga konsumen naik 3,6 % pada 2023 setelah melonjak 5,1% pada tahun sebelumnya.
BOK mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,50 persen sejak Januari tahun lalu, setelah menaikkannya sebesar 3,0 poin persentase selama satu setengah tahun terakhir.
Belanja fiskal meningkat 1,3% tahun lalu, turun tajam dari kenaikan sebesar 4,0% pada tahun sebelumnya.
Investasi di sektor konstruksi naik 1,4%, sementara investasi fasilitas naik 0,5%. Berdasarkan industri, produksi yang disesuaikan secara musiman di sektor manufaktur naik 1,0% tahun lalu, tetapi output listrik, gas alam, dan air keran turun 4,5%.
Produksi di industri konstruksi dan jasa masing-masing meningkat 2,8% dan 2,0%. Pendapatan Domestik Bruto (Gross Domestic Income/GDI) riil mengalami rebound sebesar 1,4% pada 2023 setelah turun 1,0% pada tahun sebelumnya.
Pada kuartal Oktober-Desember 2023, PDB riil tumbuh 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya. PDB riil naik 0,3% pada kuartal pertama, 0,6% pada kuartal kedua, dan 0,6% pada kuartal ketiga tahun lalu.
Konsumsi swasta tumbuh 0,2% pada kuartal keempat secara kuartalan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 0,3% pada kuartal sebelumnya.
Belanja fiskal naik 0,4%, namun investasi konstruksi turun 4,2% pada kuartal tersebut. Pengiriman keluar (outbound) meningkat 2,6% pada kuartal keempat, dan impor naik 1,0%.
(Feby Novalius)