Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Fakta Jokowi Warisi Utang Rp8.000 Triliun, Ini Rinciannya

Putri Syifa Amelia , Jurnalis-Sabtu, 10 Februari 2024 |05:18 WIB
5 Fakta Jokowi Warisi Utang Rp8.000 Triliun, Ini Rinciannya
Jokowi warisi utang Rp8.000 triliun (Foto: Setpres)
A
A
A

JAKARTA - Utang pemerintah RI di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menembus Rp8.041 triliun hingga November 2023. Utang tersebut akan diwariskan kepada Presiden baru yang terpilih nanti.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa pinjaman pemerintah, baik dari dalam maupun luar negeri, masih dalam posisi wajar dan aman.

"Sejauh ini, pinjaman pemerintah masih terkendali," kata Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kemenkeu, Dian Lestari di Jakarta.

Berikut Okezone rangkum 5 fakta Jokowi warisi utang Rp8.000 triliun, Sabtu (10/2/2023):

1. Tembus Rp500 Triliun Setiap Tahun

Wakil Rektor Universitas Paramadina, Handi Risza, mengatakan siapapun Presiden baru yang akan terpilih nanti bakal siap mewarisi beban tersebut.

“Nah, inilah yang diwariskan oleh pemerintahan Pak Jokowi ini, yang harus ditanggung oleh pemerintahan baru. Siapapun nanti yang akan terpilih menjadi presidennya,” kata Handi dalam Diskusi Universitas Paramadina ‘Masalah APBN, Utang, dan Tax Ratio Rendah. PR Presiden Yang Akan Datang.

Handi memaparkan utang ini bakal menjadi tanggungan pemerintah setiap tahun, karena wajib menganggarkan biaya pokok dan bunga utang. Dia menghitung beban tersebut berada hampir menembus angka Rp500 triliun setiap tahun.

“Bayangkan anggaran belanja kita cuma Rp3.000 triliun ya di 2024 ini, jadi Rp500 triliun itu sudah kita belanjakan untuk membayar utang. Inilah yang membebani APBN kita,” paparnya.

2. Rincian utang

Dian menjelaskan bahwa utang pemerintah Indonesia telah mencapa angka hinggai Rp8.041,01 triliun atau 38,11% dari Produk Domestik Bruto (PDB) secara keseluruhan per 30 November 2023. Utang tersebut didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7.048,9 triliun 88,61% dari total utang dan Pinjaman sebesar Rp916,03 triliun 11,39% dari total utang.

Khusus utang melalui Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp886,07 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp29,97 triliun. Pinjaman luar negeri paling banyak berasal dari pinjaman multilateral Rp540,02 triliun disusul pinjaman bilateral Rp268,57 triliun.

3. Rasio Utang Masih Rendah

Secara rasio angka utang ini masih relatif rendah dibandingkan pada 2022 yang sebesar 38,65%, demikian juga pada tahun 2021 yang mencapai 41%.

4. Utang Untuk Biaya Proyek

Dian menyebutkan bahwa utang pemerintah Indoensia diperlukan untuk memenuhi pembiayaan defisit APBN, sekaligus membiayai proyek-proyek prioritas secara langsung.

Dian menjelaskan bahwa sejauh ini telah banyak proyek prioritas nasional yang dibiayai melalui pinjaman. Di antaranya, pembangunan infrastruktur jalan tol Cisumdawu, jalan tol Medan-Kualanamu, jalan tol Solo-Kertosono, pembangunan Pelabuhan Patimban, dan MRT Jakarta.

Kemudian terdapat juga proyek-proyek untuk institusi pendidikan, seperti pembangunan ITB, pembangunan UGM, dan pengembangan UIN Sunan Ampel. Juga proyek-proyek untuk fasilitas kesehatan, seperti pembangunan RS Universitas Indonesia, RSAU Sutomo Pontianak, dan RSPAL Ramelan.

Pengembangan fasilitas kelistrikan seperti PLTPB Ulubelu dan PLTA Asahan III, program pengembangan pertanian dan pedesaan Read Programme, dan fasilitas air bersih masyarakat melalui Pamsimas II.

5. Manfaat Utang Indonesia

Menurut Dian, proyek-proyek pembangunan yang dibiayai melalui pinjaman tersebut telah memberikan dampak positif pada masyarakat, terutama dalam menggerakkan ekonomi di daerah.

"Sebagai contoh, pembangunan jalan tol itu dapat memperkuat konektivitas antar daerah sehingga akan mempercepat jalur distribusi. Hal ini akan merangsang pertumbuhan perekonomian di daerah-daerah sekitarnya," jelasnya.

Kemudian menurutnya, salah satu manfaat dari pembangunan proyek-proyek yang dibiayai pinjaman luar negeri pada umumnya didukung dengan teknologi terkini, sehingga dapat diperoleh transfer teknologi bagi industri dalam negeri.

"Pertimbangan dalam pemanfaatan pinjaman untuk membiayai proyek/kegiatan adalah cenderung memiliki output yang lebih baik melalui teknologi terkini dan sharing experience yang dimiliki oleh lender," pungkasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement