4. Ekspor Non Migas
Kemudian, Amalia menambahkan, nilai ekspor non migas menurut sektor mengalami penurunan secara bulanan kecuali pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 5,32%. Penurunan terdalam pada sektor pertambangan dan lainnya yang turun 23,93% dan utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batubara bijih tembaga lignite dan bahan mineral lainnya serta bijih seng.
"Secara tahunan semua sektor mengalami penurunan kecuali sektor pertanian yang mengalami peningkatan tipis sebesar 0,11%," imbuhnya.
Penurunan ekspor tersebut juga didorong oleh ekspor nonmigas terutama pada bahan bakar mineral HS27, logam mulia dan perhiasan atau permata HS71 dan mesin serta perlengkapan elektrik dan bagiannya HS85.
"Total ekspor nonmigas USD19,13 miliar dan jika dirinci menurut sektor, sektor pertanian kehutanan dan perikanan kontribusi USD0,37 miliar, sektor pertambangan dan lainnya sebesar USD3,86 miliar dan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi ekspor sebesar USD15,08 miliar," ujar dia.
Sementara itu, nilai ekspor non migas ke Tiongkok tercatat sebesar USD4,75 miliar menurun 20,73% dibandingkan Desember 2023. Penurunan ekspor ke Tiongkok utamanya disebabkan oleh penurunan nilai ekspor bahan bakar mineral, bijih logam terak dan abu serta lemak dan minyak hewan nabati.
"Sementara itu ekspor non migas ke Asean mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan sedangkan untuk ekspor ke kawasan Uni Eropa mengalami peningkatan secara bulanan tetapi secara tahunan mengalami penurunan," imbuhnya.
5. Impor Beras Indonesia
Indonesia telah mengimpor beras 443 ribu ton di Januari 2024. BPS mencatat impor beras Indonesia pada Januari 2024 tercatat sebesar USD279,2 juta.
Impor beras turun 16,73% secara bulanan, namun naik 135,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Dapat kami sampaikan impor beras Januari 2024 senilai USD279,2 juta. Sebagai perbandingan, impor beras pada Januari 2023 tercatat USD118,7 juta," tutup Amalia.
(Feby Novalius)