BOGOR - Produsen dodol khas Betawi yang berada di Bojonggede, Kabupaten Bogor kebanjiran berkah saat Lebaran Idul Fitri. Omsetnya naik berkali-kali lipat saat momen hari kemenangan tersebut.
Pemilik usaha dodol D'Tungku, Nurhayati bercerita jika omset yang bisa dia cetak mencapai Rp100 juta hingga Rp150 juta pada saat bulan Puasa dan Lebaran.
Pada hari-hari biasa, dia mengungkapkan jika penjualan dodolnya mencapai 400 kilogram (kg) per bulan. Tetapi, pada saat Ramadan dan Lebaran, produksinya melonjak mencapai 2.000 kg-3.000 kg.
"Pokoknya untuk keseluruhan keuntungan sama modal itu kita kalau kita mencapai di 2.000 kg itu kita mencapai Rp100 jutaan, kalau sampai tembus di 3.000 kg itu ya sampai Rp150 jutaan untuk sekarang, dalam sebulan selama Ramadhan," ucap dia di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
BACA JUGA:
Momen paling ramai untuk penjualan dodolnya, dia mengaku adalah menjelang Lebara. "Sepuluh hari terakhir Ramadhan itu yang paling dicari," beber dia.
Naiknya penjualan dodol tersebut diiringi dengan produksi yang juga ikut ditingkatkan. "Iya dibanyakin (produksi dodolnya), sehari bisa lima kali produksi. Yang biasanya seminggu tiga kali produksi sekarang sehari lima kali produksi," jelas Nurhayati.
Untuk itu, dirinya dibantu oleh sembilan karyawan dalam produksi dodol tersebut. Padahal, pada hari-hari biasa, hanya ada satu karyawan yang membantunya.
"Kalau untuk satu minggu mendekati Lebaran itu, ada lima karyawan yang untuk pembuatan proses dodol. Kalau untuk yang membungkus, ya tiga karyawan dan penjaga toko satu orang," ungkap dia.
Untuk harga jual dodol, dirinya mengaku memberlakukan harga yang berbeda untuk reseller dan pembeli langsung.
"Semenjak 2021, kami sepakat yang penjual dodol, pabrik dodol sepakat di angka Rp45.000 per kg. Sekarang itu sepakat Rp48 ribu untuk reseller dan Rp50.000 untuk konsumen biasa," cetus dia.
Saat ini, dodol produksinya juga diperluas jangkauan penjualannya melalui 25 reseller yang tersebar di Depok, Jakarta hingga Bogor.
Nurhayati mengungkapkan jika usaha dodol ini adalah usaha keluarga yang sudah turun temurun. Dia sendiri merupakan generasi ketiga dari pemilik usaha dodol ini.
"Saya generasi ketiga. Awalnya nenek, terus ibu saya, langsung ke saya," kata dia.
Awalnya, Nurhayati yang juga merupakan guru memilai usaha dodolnya ini sebagai sambilan. "Itu mulai tahun 2021, semenjak ibu saya mulai sakit-sakitan," kata dia.
Usaha dodol yang kini dikembangkan oleh Nurhayati merupakan salah satu nasabah pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
KUR ini didapatkan pada tahun 2020 senilai Rp100 juta. Pinjaman dengan bunga ringan ini bertenor tiga tahun. "KUR Ini digunakan untuk tambahan modal," ucap dia.
Di BRI sendiri ada beberapa KUR yang ditawarkan untuk para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Salah satunya adalah KUR kecil Bank BRI yang merupakan kredit modal kerja dan investasi kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak dengan plafon berkisar antara Rp50 juta hingga Rp500 juta.
Selain itu, ada juga KUR mikro Bank BRI yang merupakan kredit modal kerja dan investasi dengan plafon sampai dengan Rp50 juta per debitur.
Sebagai informasi, BRI Regional Office Jakarta 2 yang membawahi sebagian Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi hingga Karawang mencatat total pemyaluran KUR pada 2023 mencapai Rp5,39 triliun. Pinjaman ini diakses oleh sebanyak 112.930 debitur.
(Widi Agustian)