JAKARTA - Anak muda Indonesia punya banyak peluang dalam ekonomi digital. Pada saat ini, kondisi mengenai ekonomi digital di Indonesia diperkirakan memiliki banyak potensi yang tersimpan terutama di Asia Tenggara.
Bahkan ekonomi digital Indonesia diprediksi mampu menjadi sebuah peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Sebenarnya kalau ngomong potensi, Indonesia itu semua orang tahu bahwa di Asia Tenggara itu salah satu negara terbesar. Bukan hanya masalah besar, tapi juga populasinya yang muda. Jika dilihat dari opportunity itu, secara market gak ada isu sebetulnya,” ujar CEO Indonesia Digital Ecosystem (Indico), Andi Kristianto dalam Chief Talk Okezone, Rabu, (22/5/2024).
Andi juga mengatakan bahwa terdapat banyak sekali opportunity lokal di Indonesia dan yang mengerti mengenai opportunity tersebut adalah anak muda lokal Indonesia itu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena anak muda lokal tersebut sudah terbiasa untuk berbicara menggunakan bahasa lokal dan mengerti mengenai kultur pada daerah lokal mereka masing-masing.
Oleh karena itu, Andi mengatakan bahwa hal tersebutlah yang harus diberikan kepada anak muda mengenai bagaimana cara digital dapat menjembatani anak muda dalam menggarap opportunity tersebut.
“Bahwa misalnya networking, nyari opportunity itu gak harus di kota kok, di daerahnya juga ada karena dia yang paling ngerti di sana. Jadi itu mungkin challenge terbesar buat generasi yang mudah sih kalau menurut saya,” ujar Andi.
Hal tersebut dikarenakan yang paling mengerti mengenai opportunity dan membaca kebutuhan market yang ada di Indonesia adalah generasi Indonesia itu sendiri. Sehingga terdapatnya optimisme untuk generasi Indonesia memanfaatkan secara maksimal potensi ke depan.
“Jadi Potensinya ini yang sekarang kita lihat, kan kalau kita lihat bukan cuma dari jumlahnya tapi dari komposisi usianya juga kan muda. Jadi sangat potensial baik itu mengadopsi digital sebagai pasar atau juga untuk sebagai kreator dari inovasi-inovasi baru,” ucap Andi.
Menurut Andi terdapat mind full of generation gap, sehingga ketika dilakukannya pengadopsian terhadap teknologi digital untuk generasi muda perlu diberikannya pemaknaan kepada ilmu yang sudah generasi muda dapatkan.
“Jadi kalau generasi saya yaitu akhir gen x yang di awal kehidupannya itu tidak biasa dengan tools-tools digital, ketika hal-hal tersebut datang, itu dapat menjadi suatu yang revolusioner,” ujar Andi.
“Tapi buat anak-anak yang sekarang, itu sudah sehari-hari buat mereka. Jadi yang perlu kita lakukan kalau misalnya adopsi terhadap teknologi digital buat generasi yang lebih muda, itu sebetulnya last issues menurut saya,” lanjutnya.
Andi juga mengatakan bahwa jika dilihat dari kacamata skor digital awareness, Indonesia sudah terbilang cukup tinggi.
(Dani Jumadil Akhir)