JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim pengelolaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain.
“Banyak negara di dunia mengalami lonjakan defisit saat Covid-19, namun tidak banyak negara yang berhasil menurunkan kembali defisit. Indonesia adalah sedikit negara yang mampu menurunkan defisit fiskal,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, dikutip dari Antara, Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Dia mencontohkan, India mengalami lonjakan defisit dari 7,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 12,9% akibat pandemi. Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS), di mana defisit membengkak dari 5,8% menjadi 13,9%.
Indonesia bukan pengecualian. Defisit APBN pada 2019 dan 2020 meningkat dari 2,2% menjadi 6,1% terhadap PDB.
Kendati begitu, dalam kurun waktu tiga tahun setelah pandemi, Indonesia berhasil menekan defisit. Per 2023, defisit Indonesia berada di level 1,6%.
Capaian itu jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara lain, seperti India yang mencetak defisit 8,6% dan AS 8,8% pada 2023.
“Kita juga meningkatkan saat itu karena ekonomi terhenti dan kita membutuhkan dukungan bagi masyarakat dan pemulihan ekonomi. Namun, kita juga mampu menurunkan defisit secara sangat cepat dengan defisit yang relatif sangat kecil, sementara negara lain masih berjuang dengan tingkat defisit,” jelas dia.
Sama halnya dengan rasio utang. Sri Mulyani menuturkan Pemerintah Indonesia mampu mengelola rasio utang dalam level yang relatif rendah, yakni di kisaran 39% hingga 40% sepanjang 2020 sampai 2023.
Sedangkan negara lain mencatatkan rasio utang terhadap PDB dengan level yang cukup tinggi, seperti India yang berkisar 81% hingga 88% dan AS yang melampaui 100%.
“Namun, kita berusaha untuk tetap menjaga rasio utang pada level yang tetap rendah,” ujar Menkeu.
Adapun untuk 2025, Kementerian Keuangan membidik defisit di kisaran 2,45 persen hingga 2,82%. Kenaikan pendapatan negara ditargetkan berada pada rentang 12,14% hingga 12,36%, sementara belanja negara di kisaran 14,59 persen hingga 15,18%.
(Feby Novalius)