Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Topang Surplus Neraca Dagang, RI Ekspor Baja Made in Purwakarta ke 3 Negara

Faradilla Indah Siti Aysha , Jurnalis-Sabtu, 22 Juni 2024 |10:33 WIB
Topang Surplus Neraca Dagang, RI Ekspor Baja Made in Purwakarta ke 3 Negara
RI Ekspor Baja ke 3 Negara. (Foto: Okezone.com/Kemendag)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia ekspor baja ke tiga negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico senilai USD808.262.

Ekspor baja ini dilakukan PT Tata Metal Lestari yang merupakan kolaborasi nyata antara pemerintah dan pelaku usaha yang ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengapresiasi ekspor baja ini. Sebab, produsen baja lapis ini merupakan salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi dan membuat neraca perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut mengalami surplus.

"Tahun 2022 surplus kita USD54,5 miliar, tahun 2023 surplus kita sempat turun memang jadi USD36 miliaran lebih, sampai Mei 2024 sudah hampir USD14 miliar," ujarnya dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (22/6/2024).

Pelepasan ekspor baja sebanyak 8 kontainer produk baja lapis produksi Tatalogam Group dari pabrik baru mereka yang berada di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat 21 2024.

Tujuan ekspor produk baja ini ke Australia hingga Kanada yang mana katanya, Indonesia sendiri ternyata banyak mengimpor dari negara tersebut dan menyebabkan defisit perdagangan.

Untuk itu, dengan adanya ekspor komoditas baja lapis warna ini, Mendag berharap itu bisa mengurangi defisit perdagangan. Dia mengapresiasi mengapresiasi Tata Metal Lestari atas kinerja usahanya, selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar ekspor yang pertumbuhan rata-ratanya di atas 10% per tahun.

Dia menambahkan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan terus mendorong pembukaan akses pasar produk Indonesia ke negara mitra dagang, salah satunya dengan Australia dan Kanada yang merupakan negara tujuan ekspor Tata Metal Lestari. Dengan Australia, Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Indonesia-Australia CEPA, sedangkan Indonesia-Canada CEPA yang saat ini dalam tahap perundingan dengan Kanada. Pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia merupakan momentum yang tepat dalam merespons permintaan baja Kanada dan Australia yang terus meningkat, masing-masing sebesar 16,94% dan 14,72% dalam 5 tahun terakhir.

"Karena memang, kita kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri yang teknologi tinggi. Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ujar Mendag.

Di kesempatan yang sama, Vice President Operations Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menerangkan, menurut data dari The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), volume impor baja HS 72 dan HS 73 pada tahun 2018-2022 terlihat naik turun karena dampak pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi, impor baja HS 72 dan 73 terus meningkat hingga mencapai 19 juta ton pada tahun 2019. Impor baru turun turun pada tahun 2020 menjadi 14,1 juta ton karena adanya penurunan siginifikan permintaan pasar, baik dalam negeri maupun global. Namun di tahun 2021 dan 2022, impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16.8 juta ton.

“Melihat kondisi yang terjadi pada rentang waktu tersebut, Tata Metal Lestari yang baru berdiri pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya mempelajari pola-pola seperti adanya gangguan rantai pasok, permintaan yang berfluktuasi, ketidakstabilan harga dan pasar (volatile), dukungan pemerintah dan perlindungan industri domestik, inovasi dan adaptasi, serta yang terakhir adalah dampak jangka panjang dimana restrukturisasi industri berfokus keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian integral dari strategi industri baja pasca-pandemi dari Tata Metal Lestari,” katanya.

Manuver ini akhirnya mulai terbukti. Kondisi ekspor impor produk baja selama kuartal 1 tahun 2023 (Q1 2023) menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Dari tahun 2018 sampai tahun 2022 volume ekspor secara total terlihat selalu meningkat. Sementara pada Q1 2023, volume ekspor produk baja dengan Kode HS 72 dan 73 mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen atau menjadi 3,18 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.

Sedangkan volume impor juga mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen pada Q1 2023 dibandingkan dengan Q1 2022, meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan sebesar 9 persen. Kontribusi ekspor produk baja yang semakin signifikan menunjukkan bahwa industri baja nasional telah tumbuh menjadi semakin penting bagi perekonomian nasional.

"Saat ini dari produksi kami sebesar 85% dari kapasitas, 30% nya kami dedikasikan untuk ekspor. Kontribusi penjualan ekspor adalah 25% hingga 30% dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik,” ujarnya.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement