JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KRAS masih mengalami kerugian. Kondisi ini ditandai dengan pendapatan KRAS yang anjlok hingga terbebani utang bernilai jumbo.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan KRAS pada kuartal I-2024 anjlok 66,4% menjadi USD231,79 juta atau setara Rp3,79 triliun (kurs Rp16.351,40 per USD).
Rugi periode berjalan alias rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga membengkak hampir 60%, jadi Rp462,58 miliar. Dari sebelumnya USD18,27 juta pada tiga bulan pertama tahun lalu.
Merespons kondisi tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, restrukturisasi Krakatau Steel sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Hanya saja, dalam perjalanan bisnisnya emiten dihadapkan oleh situasi yang kurang baik dan menyebabkan keuangannya masih negatif.
Soal situasi yang dimaksud, Erick enggan merinci lebih jauh lagi. Justru dia menekan bahwa penyelamatan keuangan KRAS melalui skema restrukturisasi awal berhasil.
“Ya sama, kita kan sudah berhasil melakukan restrukturisasi, cuma apakah dalam perjalanannya ada situasi yang kurang baik ya silakan tanya Direksi-nya, ada Direksi-nya. Restrukturisasi awal berhasil lho,” ujar Erick saat ditemui di gedung Sarinah, Jumat (5/7/2024).
Di sisi utang, hingga awal tahun ini KRAS membukukan liabilitas sebesar USD2,33 miliar. Di mana terdapat pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun USD1,36 miliar atau setara Rp21,5 triliun.
Adapun, total ekuitas per akhir Maret tahun ini ada di posisi USD459,73 juta.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)