"Tantangan tambang underground ini cukup besar seperti tingginya debu silika dan lumpur basah. Anda bisa bayangkan materi tambang itu seperti odol, kalau dipencet bisa kemana-mana dengan kecepatan tinggi. Ini yang bisa membayakan pekerja seperti tertimbun material. Untuk kenapa dikembangkan teknologi nirawak ini," tambah Hengky.
Disebutkan dia, PTFI saat memiliki tidak kurang 200 operator remote yang bekerja 24 jam dengan sistem shift.
Disebutkan Hengky, Freeport Indonesia menjadi perusahaan pertama di dunia yang menerapkan teknologi tanpa awak.
Saat ini produksi tambang bawah tanah PTFI sekitar 125-150 ribu ton per hari.
(Feby Novalius)