JAKARTA - Mengapa biaya hidup di Kalimantan mahal. Pulau terbesar ketiga di dunia dan rumah bagi kekayaan alam yang melimpah, sering kali menjadi sorotan karena biaya hidupnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Meski memiliki sumber daya alam yang melimpah, berbagai faktor membuat biaya hidup di Kalimantan tergolong mahal.
Berikut ini adalah beberapa penyebab utama yang memengaruhi tingginya biaya hidup di pulau ini yang dirangkum Okezone, Selasa (20/8/2024).
Mengapa Biaya Hidup di Kalimantan mahal?
Berita di media sosial menyatakan bahwa biaya hidup di Ibu Kota Negara (IKN) jauh lebih tinggi ketimbang di Jakarta. Biaya kontrakan di IKN dapat mencapai hingga Rp 5 juta per bulan, menurut unggahan tersebut. Biaya hidup tinggi di pulau tersebut dibenarkan oleh Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institut untuk Pengembangan Ekonomi dan Keuangan.
Tauhid menilai hal ini karena pulau tersebut tidak memproduksi makanan sendiri; sebaliknya, mereka mendatangkan makanan langsung dari Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Akibatnya, transportasi logistik ada tambahan biaya yang harus ditanggung untuk menuju pulau tersebut.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya biaya hidup di Kalimantan adalah tantangan dalam distribusi barang. Infrastruktur transportasi yang masih terbatas di beberapa wilayah membuat pengiriman barang menjadi lebih sulit dan mahal. Jalan yang kurang memadai dan terbatasnya akses ke daerah pedalaman membuat distribusi barang, terutama kebutuhan pokok, memerlukan biaya tambahan. Hal ini menyebabkan harga barang-barang di pasaran menjadi lebih tinggi.
Selain itu, banyak daerah di Kalimantan yang hanya dapat dijangkau melalui jalur sungai atau udara, yang tentunya menambah biaya logistik. Barang-barang yang didatangkan dari luar pulau, seperti kebutuhan rumah tangga dan bahan makanan, harus melewati proses distribusi yang panjang dan rumit, sehingga harga jualnya pun meningkat.
Kalimantan masih sangat bergantung pada pasokan barang dari luar daerah, bahkan untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bangunan. Banyak barang yang didatangkan dari Jawa atau daerah lain di Indonesia, yang tentunya menambah biaya transportasi. Selain itu, beberapa barang juga diimpor dari luar negeri, terutama barang-barang teknologi dan elektronik, yang menyebabkan harga di Kalimantan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang lebih dekat dengan pusat distribusi.
Ketergantungan pada barang impor ini membuat harga barang-barang kebutuhan sehari-hari menjadi tidak stabil dan cenderung lebih mahal, terutama jika ada fluktuasi harga di pasar internasional.
Kalimantan, meskipun kaya akan sumber daya alam, masih menghadapi tantangan dalam hal sumber daya manusia. Keterbatasan tenaga ahli dan profesional di berbagai bidang menyebabkan biaya jasa dan layanan di Kalimantan menjadi lebih mahal. Misalnya, biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan di beberapa daerah di Kalimantan bisa lebih tinggi karena kurangnya tenaga profesional yang tersedia.
Selain itu, untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, perusahaan atau instansi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk akomodasi dan insentif, yang pada akhirnya juga mempengaruhi biaya hidup secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang pesat di Kalimantan, terutama di kota-kota besar seperti Balikpapan, Samarinda, dan Pontianak, telah mendorong permintaan terhadap properti, baik untuk perumahan maupun komersial. Tingginya permintaan ini menyebabkan harga tanah dan properti meningkat drastis, yang pada gilirannya meningkatkan biaya hidup, terutama bagi mereka yang baru pindah ke Kalimantan.
Biaya hidup di Kalimantan yang mahal disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari tantangan dalam distribusi barang, ketergantungan pada barang impor, hingga tingginya konsumsi energi dan permintaan terhadap properti. Meskipun demikian, Kalimantan tetap menjadi pulau yang menarik dengan potensi besar, baik dari segi ekonomi maupun sumber daya alam. Untuk mengatasi tingginya biaya hidup, diperlukan upaya peningkatan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia yang lebih merata di seluruh wilayah Kalimantan.
(Taufik Fajar)