JAKARTA – Gen Z sudah memasuki dunia kerja, bahkan jumlahnya semakin banyak. Namun banyak dari Gen Z yang kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan praktik di lapangan kerja. Hal ini membuat jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ikut meningkat.
Sebuah survei menunjukan bahwa 60% perusahaan memecat karyawan Gen Z hanya dalam beberapa bulan setelah mempekerjakan mereka.
Oleh karena itu, menarik untuk diketahui apa yang salah dari Gen Z? Padahal generai ini sangat vocal terhadap ketidakadilan, dan permasalahan di tempat kerja.
Mereka juga cukup paham dan mahir dengan teknologi. Jadi apa yang menghambat mereka di dunia kerja?
Berikut 5 alasan mengapa Gen Z seringkali mengalami kesulitan saat bekerja menurut psikologi yang sudah dilansir dari Forbes, Sabtu (11/1/2024).
Gen Z seringkali dipandang sebagai generasi yang paling sadar secara emosional, sehingga membantu mereka terhubung dengan rekan kerjanya dan saling mendukung Kesehatan mental mereka.
Namun, beberapa orang berpendapat bahwa Gen Z seringkali kesulitan memisahkan emosi pribadi dengan dinamika kerja.
Sebuah survei pada 2024 menunjukkan, lebih dari 80% karyawan Gen Z menghadapi kelelahan di tempat kerja. Namun, survei lain di tahun ini menemukan bahwa 18% manajer di Amerika Serikat mempertimbangkan untuk berhenti karena stress dalam mengelola karyawan Gen Z.
Gen Z lebih suka berkomunikasi secara ringkas, langsung, dan informal menggunakan platform pesan teks, yang mungkin sangat berbeda dengan ekspektasi generasi milenial mengenai formalitas kerja.
Tantangan ini menjadi lebih jelas di lingkungan kerja hybrid atau daring, di mana Sebagian besar komunikasi dilakukan melalui teks atau email.
Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik. Meskipun demikian, Gen Z tidak menolak komunikasi tatap muka, mereka cenderung lebih banyak menggunakan metode berbasis pesan teks.
Gen Z sangat membutuhkan feedback atau umpan balik sebagai validasi untuk dirinya sendiri, sebuah survei tahun 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 65% karyawan Gen Z menginginkan umpan balik yang sering, setidaknya seminggu sekali. Tanpa adanya feedback, mereka mungkin merasa tidak terlihat dan terjebak, terutama dalam hal pekerjaan.
Selain itu, meskipun karyawan Gen Z memiliki hard skill yang bagus, tetapi seringkali mereka masih kurang pengalaman serta pemahaman mengenai soft skill seperti kemampuan berorganisasi dan bersosialisasi misalnya. Maka dari itu manajer seringkali dianjurkan untuk membimbing mereka melalui tugas-tugas dengan sabar, bahkan Ketika terjadi kesalahan.