JAKARTA - Reputasi perusahaan bukan hanya tentang bagaimana publik melihat produk atau layanan yang ditawarkan, tetapi juga bagaimana perusahaan mengelola citra keseluruhan di mata masyarakat.
Di dunia bisnis yang penuh persaingan ini, reputasi yang kuat menjadi kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen, mitra, hingga investor. Oleh karena itu, strategi komunikasi korporat yang efektif sangat penting untuk membentuk dan menjaga reputasi perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang berakar pada teori keagenan, dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada investor bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukan (Herawaty, 2008;2).
Implementasi GCG diharapkan dapat menghasilkan proses pengambilan keputusan yang lebih efektif, meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah perusahaan dalam memperoleh pembiayaan dengan biaya yang lebih rendah, serta memperkuat kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, pemegang saham akan merasa puas dengan hasil kinerja perusahaan dan kemungkinan mendapatkan dividen yang lebih tinggi.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan transparan ini, reputasi perusahaan dapat memengaruhi keputusan konsumen dan mitra bisnis secara langsung. Reputasi yang baik dapat membuka pintu bagi peluang baru, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan bahkan menarik talenta terbaik untuk bergabung dengan perusahaan.
Untuk memahami konsep reputasi perusahaan, Olegario dan McKenna (2013) mengajak kita untuk menelusuri perkembangan konsep reputasi dalam dunia bisnis. Dalam kondisi ketidakpastian terkait reputasi perusahaan, seringkali orang cenderung memperhatikan individu-individu kunci di dalam perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, kita akan lebih nyaman berbisnis dengan entitas baru jika kita mengenal karakter pemilik perusahaan tersebut. Karakter yang dimaksud oleh Olegario adalah integritas dan keterbukaan. Keberadaan karakter ini pada pemilik perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan orang untuk melakukan transaksi dengan perusahaan tersebut.
Perlindungan terhadap aset dan reputasi perusahaan adalah hal yang harus mendapat perhatian utama dari setiap organisasi. Dengan cara mengidentifikasi potensi ancaman, merancang strategi perlindungan yang efisien, dan merespons dengan cepat terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis, perusahaan dapat memastikan kelangsungan operasionalnya serta membangun dasar yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang.
Strategi komunikasi korporat yang solid adalah tiang utama dalam membangun dan menjaga reputasi perusahaan. Setiap pesan yang disampaikan Perusahaan baik melalui media tradisional, digital, atau langsung harus konsisten, jujur, dan relevan dengan nilai-nilai yang dijunjung perusahaan.
Penting bagi setiap organisasi untuk membangun reputasi positif agar dapat meraih berbagai manfaat yang ditawarkannya. Dari perspektif persaingan, reputasi perusahaan bahkan dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang membedakannya dari pesaing (Roberts & Dowling, 2002).
Dalam konteks ini, reputasi perusahaan menjadi elemen strategis dalam manajemen organisasi. Oleh karena itu, organisasi perlu merancang strategi untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan reputasi positif tersebut.
Keberhasilan strategi komunikasi dalam membangun reputasi ditunjukkan oleh Apple. Strategi komunikasi Apple terletak pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan narasi yang kuat, memperkenalkan produk dengan cara yang inovatif, dan menjaga hubungan yang erat dengan konsumen melalui komunikasi yang konsisten dan transparan. Selain itu, Apple juga berhasil mengelola citra sebagai perusahaan yang tidak hanya menawarkan produk teknologi, tetapi juga pengalaman dan nilai yang lebih besar, yang pada akhirnya menciptakan loyalitas tinggi di kalangan pengguna.
Reputasi perusahaan diartikan sebagai persepsi keseluruhan dari sebuah Perusahaan terkait dengan apa yang mungkin diharapkan individu saat membeli produk atau menggunakan layanan perusahaan (Fombrun dan Shanley,1990). Reputasi perusahaan dipandang sebagai cerminan dari sejarah perusahaan yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan kelompok sasarannya terkait informasi mengenai kualitas dari produk atau layanan dibandingkan dengan pesaingnya (Yoon et al., 1993).
Apple adalah contoh perusahaan yang berhasil membangun reputasi sebagai merek inovatif dan premium. Apple secara konsisten menjaga kualitas produk dan memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa.
Mereka juga berhasil menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi melalui produk-produk ikonik seperti iPhone, iPad, dan MacBook. Selain itu, Apple juga dikenal dengan kebijakan privasinya yang ketat dan perlindungan data penggunanya, yang semakin meningkatkan reputasi perusahaan di mata konsumen yang peduli tentang keamanan data.
Sejak awal berdirinya, Apple telah mampu menarik perhatian konsumen global dan mempertahankan loyalitas yang kuat. Keberhasilan Apple tidak lepas dari strategi marketing yang cerdas dan berkelanjutan.
Namun, membangun reputasi tidaklah mudah. Krisis dapat datang kapan saja, dan bagaimana perusahaan meresponsnya akan sangat memengaruhi citra mereka di mata publik. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki rencana komunikasi krisis yang baik.
Menghadapi krisis dengan komunikasi yang cepat, jelas, dan terbuka adalah langkah pertama untuk meminimalkan kerusakan reputasi. Perusahaan yang dapat menunjukkan komitmen untuk memperbaiki kesalahan dan mengambil tanggung jawab cenderung mempertahankan atau bahkan memperkuat reputasinya, meski di tengah situasi yang sulit.
Tren dalam krisis komunikasi mencerminkan perubahan cara organisasi dalam merespons dan mengelola situasi krisis.
Beberapa tren yang berkembang meliputi penggunaan media sosial yang semakin dominan sebagai alat komunikasi utama dalam krisis, peningkatan fokus pada komunikasi dua arah dengan pemangku kepentingan, upaya membangun kepercayaan melalui transparansi dan integritas, serta pemanfaatan teknologi canggih seperti analitik data untuk memantau dan menilai respons krisis.
Tren-tren ini menunjukkan perkembangan dalam manajemen krisis komunikasi yang mengutamakan pentingnya keterlibatan aktif dengan publik dan pemangku kepentingan, serta memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses tersebut.
Reputasi perusahaan adalah aset yang tidak ternilai harganya. Dengan strategi komunikasi korporat yang tepat, perusahaan dapat membangun dan mempertahankan citra yang positif di mata publik. Melalui komunikasi yang jujur, konsisten, dan relevan, perusahaan tidak hanya dapat menghadapi tantangan, tetapi juga memanfaatkan peluang untuk tumbuh dan berkembang di pasar yang semakin kompetitif.
Irwanti, M. (2023). MANAJEMEN KRISIS KOMUNIKASI (Tinjauan Teoritis dan Praktis).
Purnamasari, O., & Hamudya, T. P. (2022). Membangun Reputasi Perusahaan untuk Menjaga Loyalitas Nasabah (Studi Kasus: Panin Dubai Syariah Bank). Jurnal InterAct, 11(2), 110-120.
Sulistyandari, S. E., Hidayat, C. M., SM, M., & Bambang Sunarko, M. M (2024). Pentingnya Good Corporate Governance dalam Meningkatkan Reputasi dan Kinerja Perusahaan. Penerbit Adab.
Widyadmono, V. M., & Harsono, M. (2019). Reputasi Perusahaan Dalam Cara Pandang Ontologi. Monex: Journal of Accounting Research, 8(1), 203-207.Fombrun, C. J., & van Riel, C. B. M. (2004). Fame and fortune: How successful companies build winning reputations. Pearson Education.
Oleh:
Praditya Fadhlurahman Rafi
Magister Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ)
(Dani Jumadil Akhir)