Pernyataan tersebut menanggapi informasi bahwa Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo telah bertemu dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair untuk membahas percepatan pembangunan PLTN di Indonesia. Pertemuan tersebut menjadi sinyal adanya peluang kerja sama baru antara Indonesia dan Inggris di sektor energi nuklir.
Terkait hal ini, Susilo menekankan bahwa semua teknologi yang akan digunakan harus memenuhi standar keselamatan internasional. Ia juga mengingatkan bahwa ke depan Indonesia tidak hanya membangun satu atau dua unit PLTN saja, mengingat kebutuhan energi nasional yang sangat besar.
"Kalau melihat angka-angka kebutuhan listrik kita, satu unit PLTN besar itu biasanya 1,5 gigawatt. Kalau PLTN kecil modular bisa 250 megawatt. Ini tergantung kebutuhan dan kondisi jaringan listrik di daerah," paparnya.
Menurut Susilo, PLTN kecil sangat cocok untuk wilayah-wilayah terpencil yang kebutuhan listriknya lebih rendah, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan tersebar.
Dengan banyaknya pilihan dari negara-negara mitra, Susilo berharap pemerintah dapat memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan nasional dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan serta kemandirian teknologi.
(Taufik Fajar)