CILACAP - Pasokan biomassa untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) diperkuat. Hal ini sebagai bentuk meningkatkan ketahanan energi karena biomassa termasuk sumber energi terbarukan yang dapat dikelola secara lokal. Selain itu, biomassa untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
Penggunaan biomassa sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik, baik secara langsung maupun sebagai campuran (co-firing) dengan batu bara. Biomassa yang digunakan bisa berupa limbah kayu, serbuk kayu, cangkang sawit, limbah pertanian yang biasanya dari tanaman energi.
Pengembangan pasokan biomassa untuk PLTU juga tengah dipersiapkan di PLTU Adipala yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pasokan biomassa untuk PLTU Adipala sudah dikembangkan sejak 2023 oleh PLN Energi Primer Indonesia (PLN ELPI) yang berkolaborasi dengan IPB.
Ekosistem biomassa dikembangkan di tiga kecamatan di Kabupaten Cilacap, yakni Kawunganten, Jeruklegi, dan Kesugihan dengan luas lahan tanaman energi mencapai 106 hektare (ha). Dari luasan tersebut, terdapat kurang lebih 216.000 tanaman energi yang terdiri dari kaliandra dan gamal yang sebagian telah siap dipanen dan diolah menjadi biomassa.
Dari luas lahan tanaman energi tersebut dapat memproduksi biomassa sekira 100 ton per bulan. Namun, pihaknya menargetkan dapat meningkatkan produksi biomassa hingga 1.000-2.000 ton per bulan dengan penambahan luas lahan 90 ha.
"Perluasan tanaman energi dapat tingkatkan pasokan biomassa," ujar Officer Pengembangan Bisnis Biomassa PLN EPI Khalda Az Zahra, di sela kunjungan media ke fasilitas pembibitan tanaman energi di Desa Keleng, Cilacap, Rabu 7 Mei 2025.
Menurut Khalda, pengembangan itu dilakukan untuk memastikan keandalan pasokan biomassa untuk program co-firing di PLTU Adipala, Cilacap.
PLTU tersebut saat ini menggunakan campuran biomassa 3-5% untuk mengurangi penggunaan batu bara. Saat ini, sebagian pasokan biomassa ke PLTU Adipala berupa limbah serbuk kayu yang diperoleh dari industri sekitar.
"Pasokannya dikhawatirkan tidak sustain, karena itu kita create suplai biomassa dengan penanaman tanaman energi oleh masyarakat secara mandiri," terangnya.
Dalam pengembangan ekosistem biomassa, pihaknya juga melibatkan sekitar 20 warga desa, dari pembibitan, penanaman tanaman energi, panen hingga proses menjadi biomassa.
Pengembangan ekosistem biomassa tersebut juga diharapkan mendongkrak perekonomian rakyat di 3 kecamatan tersebut. Dengan metode penanaman secara tumpang sari, petani juga dapat menghasilkan panen tanaman pangan.
Tidak hanya itu, daun tanaman energi yang dikembangkan juga menjadi sumber pakan bagi ternak warga. Khusus untuk produksi biomassa, setiap kali panen, tanaman energi mampu menghasilkan 6-10 kg biomassa yang akan ditampung oleh BUMdes setempat.
Dari penjualan biomassa tersebut, petani akan memperoleh sumber pendapatan yang berkelanjutan. Di luar itu, fasilitas produksi biomassa yang dikelola BUMdes pun mampu menyerap tenaga kerja setempat.
Salah satunya adalah BUMdes Semar Keleng yang memiliki fasilitas produksi biomassa kepingan kayu di Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan, Cilacap. Menurut Kepala Desa Keleng Arsidi, fasilitas produksi berkapasitas 4 ton per hari itu saat ini telah mampu mempekerjakan sebanyak 20 pekerja.
"Kami sangat berterima kasih atas dukungan PLN EPI kepada BUMdes Semar Keleng ini. Harapan kami panen bisa berkelanjutan supaya kami bisa memasok biomassa untuk PLN," ujar Arsidi.
(Dani Jumadil Akhir)