Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Fakta di Balik Kesepakatan AS-China Pangkas Tarif

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Sabtu, 17 Mei 2025 |07:14 WIB
5 Fakta di Balik Kesepakatan AS-China Pangkas Tarif
5 Fakta di Balik Kesepakatan AS-China Pangkas Tarif (Foto: Okezone)
A
A
A

c. Negosiasi Lanjutan dan Perwakilan
- Pernyataan bersama AS-China mengonfirmasi bahwa jeda selama 90 hari akan dimulai pada tanggal 14 Mei 2025.
- Pernyataan tersebut juga menyatakan kedua negara akan "membangun mekanisme untuk melanjutkan diskusi mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan".
- Scott Bessent akan mewakili AS, sementara wakil perdana menteri He Lifeng akan mewakili pemerintah China.
- Pembicaraan lebih lanjut dapat diadakan di AS, Tiongkok, atau negara pihak ketiga yang disepakati.

d. Isu Fentanyl dan Pencegahan Eskalasi
- Kesepakan AS-China juga mencakup perdagangan fentanyl -sejenis obat antinyeri dan obat bius-, di mana sebelumnya banyak produk China bertebaran di AS.
- Bea masuk AS sebesar 20% atas barang impor fentanyl dari China akan tetap berlaku, yang berarti total tarif atas China akan tetap sebesar 30%.
- Washington berharap berharap China membeli banyak produk fentanyl buatan AS, sementara dalam laporan media arus utama menyebut pejabat China tak mempermasalahkan hal itu.

e. Komitmen Hubungan Dagang yang Seimbang
- Pejabat dari kedua negara sepakat menghindari pemisahan ekonomi, dan berkomitmen pada perdagangan yang lebih seimbang.  
"Kami menginginkan perdagangan yang lebih seimbang, dan saya kira kedua pihak berkomitmen untuk mewujudkannya," ujar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Sementara menurut kantor berita resmi pemerintah China, Xinhua, juru bicara Kementerian Perdagangan menekankan kesetaraan dalam hasil negosiasi.
“Ini merupakan langkah penting menuju penyelesaian sengketa antara kedua negara melalui dialog dan konsultasi yang setara,” ujarnya.

3. Isu Logam Langka

Di tengah kabar baik ini, mencuat isu sensitif yang berpotensi memicu ketegangan baru, yakni perebutan kendali atas komoditas strategis berupa mineral tanah jarang (rare earth) yang krusial bagi industri teknologi tinggi.

Peran dominan China dalam pasar global rare earth, serta keinginan AS untuk menjaga pasokan tetap stabil, menjadikan isu ini salah satu titik rawan dalam kesepakatan dagang.

Rare earth merupakan komoditas vital karena digunakan dalam berbagai industri strategis, mulai dari baterai kendaraan listrik, ponsel pintar, hingga teknologi militer.

Selama ini, China mendominasi pasar tanah jarang di Negeri Paman Sam. Para analis menilai bahwa mineral ini menjadi alat tawar China dalam negosiasi kesepakatan dagang yang lebih luas.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement