JAKARTA - Meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) terus dilakukan di tengah tantangan. Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja pada SKK Migas Asnidar menyatakan tantangan usaha hulu migas saat ini sangat besar.
Pemerintah bersama SKK Migas terus berupaya membuat berbagai kemudahan usaha antara lain, ease of doing business (EOB) bidang migas di Indonesia yang menarik, salah satunya pembentukan Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi.
"Jadi, one make policy dari lintas kementerian yang kita lihat ada percepatan-percepatan di perizinan. Tetapi, memang tidak bisa sempurna sekarang. Tapi kami sudah mengarah ke sana," kata Asnidar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (29/5/2025).
SKK Migas pun memberikan apresiasi ke PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Sub Holding Hulu PT Pertamina (Persero) yang terus melakukan upaya eksplorasi di tengah banyaknya tantangan.
"Kami memberikan apresiasi yang tinggi buat Pertamina, karena menjadi tiga perusahaan terbesar yang tertarik untuk eksplorasi saat ini,” ujar Asnidar.
1. Masalah Perizinan Investasi Migas
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ariana Soemanto menyampaikan, masalah perizinan memang masih dirasakan.
”Namun, dalam enam bulan terakhir, Presiden membentuk Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi dan Pak Menteri (Bahlil Lahadalia) menjabat ketuanya,” ujar Ariana.
Satgas yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 2025 itu, menurut Ariana adalah untuk memangkas birokrasi perizinan usaha migas yang ada sebelum ini.
"Pak Wamen ESDM sudah dua sampai tiga kali rapat ke Kementerian Pertanian (Kementan) untuk support perizinan yang ada di Indramayu dan daerah lain. Intinya, komunikasi antarkementerian jauh lebih cepat sekarang,” kata Ariana.
2. Tingkatkan Produksi Migas
Sementara itu, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng menyatakan pihaknya terus berkomitmen mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi.
Untuk menyukseskan program swasembada energi, PHE terus agresif mencari sumberdaya baru, tambahnya, bahkan dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan eksplorasi PHE mencapai 37 persen per tahun.
Menurut dia, terdapat tiga strategi utama yang dijalankan Pertamina untuk mendorong kegiatan eksplorasi diantaranya PHE terus mengoptimalkan eksplorasi di area eksisting guna memenuhi target jangka pendek lima tahun mendatang.
"Kami tetap berjalan di area eksisting, karena masih ada peluang di sana. Peluang ini membuat kami optimis bisa mendapatkan temuan besar seperti 2024, dimana menjadi temuan Pertamina yang terbesar sepanjang lima belas tahun terakhir," kata Muharram.
Strategi kedua untuk jangka panjang, PHE secara agresif akan masuk ke open area untuk mencari penemuan blok baru dengan potensi produksi yang signifikan. Strategi ketiga, lanjutnya PHE melakukan kerja sama dengan mitra strategis sehingga angka risiko eksplorasi bisa ditekan dan bisa melakukan transfer teknologi.
Menurut dia, dalam tiga tahun terakhir PHE sudah mendapatkan delapan wilayah kerja eksplorasi baru. Selain itu, PHE juga berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan eksplorasi di angka 37 persen dan menemukan cadangan eksplorasi terbesar sepanjang lima belas tahun terakhir.
Pada 2024, PHE berhasil mendapatkan dua discovery besar, yakni dari struktur kah Tedong (TDG)-001 dengan sumber daya 2C Recoverable sebesar 548 miliar kaki kubik gas (bcfg) dan dari struktur Padang Pancuran (PPC)-1 dengan sumber daya 2C Recoverable sebesar 140.6 juta barel minyak ekuivalen (mmboe).
"Keberhasilan ini adalah bukti nyata dari dedikasi dan kerja keras tim eksplorasi kami serta kolaborasi erat dengan SKK Migas dan Kementerian ESDM, sehingga diharapkan dapat berkontribusi pada lifting migas nasional demi mewujudkan visi swasembada energi dan ketahanan energi nasional," ujar Muharram.
(Dani Jumadil Akhir)