Baja rendah emisi memberikan manfaat strategis bagi Indonesia, antara lain mengurangi ketergantungan terhadap impor produk baja, menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong daya saing nasional melalui pengembangan teknologi hijau berstandar global
Presiden Direktur GRP Fedaus menegaskan, baja low emission menjadi langkah strategis untuk menjawab tantangan industri baja nasional.
“Industri baja nasional saat ini berada di bawah tekanan global, terutama akibat masuknya arus impor. Kami percaya tantangan bukan alasan untuk berhenti berinovasi. Justru inilah saatnya berkembang,” tegas Fedaus.
Proses pembuatan baja rendah emisi ini mengandalkan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) yang memanfaatkan baja scrap atau baja daur ulang sebagai bahan baku. Ini adalah wujud nyata penggunaan sumber daya yang lebih berkelanjutan.
Upaya industri baja nasional berkelanjutan mendapat dukungan regulatif dari pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendukung melalui Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 13 Tahun 2019 yang mengatur tentang penggunaan baja tulangan beton sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam setiap proyek infrastruktur yang berada di bawah Kementerian PUPR.
(Dani Jumadil Akhir)