JAKARTA - Unit Reaksi Cepat (URC), komunitas ojek online (ojol) yang beranggotakan lebih dari 10.000 driver di seluruh Indonesia, melakukan aksi damai dan turun ke jalan di Bundaran Patung Kuda, Monas Jakarta, Kamis (17/7/2025). Lebih dari 500 mitra driver Jakarta ikut dalam aksi ini, dari berbagai platform.
"Aksi ini lahir dari keresahan nyata di jalanan, bukan agenda politik atau pesanan pihak tertentu. Kami akan terus berjuang hingga pemerintah benar-benar mendengar dan menindaklanjuti aspirasi. Kami tidak anti regulasi, tapi kami menuntut regulasi yang berpihak dan realistis," kata Jenderal Lapangan URC Bergerak, Achsanul Solihin di lokasi demonstrasi.
Adapun tuntutan mereka tergabung dalam Tiga Tuntutan Rakyat Aspal (Tritura URC). Tuntutan pertama, menolak status pengemudi ojol sebagai buruh atau pekerja tetap.
Kedua, URC menolak rencana potongan 10 persen dari aplikator, karena skema 20 persen saat ini masih wajar dan saling menguntungkan. Ketiga, meminta Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto agar bisa menerbitkan Perpu khusus untuk ojol, agar ada payung hukum yang jelas bagi pengemudi.
Sebanyak sekitar 1.437 personel kepolisian diturunkan untuk mengawasi aksi unjuk rasa. Massa aksi berkumpul sekitar pukul 13.00 dan aksi dimulai sekitar 13.30. Pada pukul 14.45, sebanyak 10 perwakilan dari massa aksi melakukan audiensi dengan pihak Kemenhub.
Achsanul menjelaskan, keberadaan Unit Reaksi Cepat (URC) di dunia ojek online adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
"Kami lahir dari panggilan hati nurani para pengemudi ojek yg prihatin terhadap penanganan laka lantas yang dialami pengemudi ojol. Sebagai salah satu komunitas ojol, sekarang sudah saatnya URC bersuara menyampaikan pendapat dan suaranya terhadap permasalahan yang terjadi di dunia ojol akhir-akhir ini.
Setelah mendengar dan memahami permasalahan yang tengah terjadi di dunia ojol saat ini, ujar Achsanul, hati nurasi URC kembali terpanggil untuk bergerak menyuarakan suara hati URC sebagai kontribusi positif terhadap permasalahan ojol.
Dia juga menegaskan bahwa suara pengemudi asli harus datang dari jalanan, bukan dari kepentingan politik atau ruang rapat. Peserta yang hadir dari Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Tangerang, hingga Bogor. Tritura URC, sebutnya, merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidakpastian hukum dan narasi sepihak yang selama ini dianggap merugikan pengemudi ojol.
(Agustina Wulandari )