Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ketika Sri Mulyani Patah Hati Lukisan Dijarah, Para Penjarah seperti Berpesta

Muhammad Razid Alvian , Jurnalis-Kamis, 04 September 2025 |07:01 WIB
Ketika Sri Mulyani Patah Hati Lukisan Dijarah, Para Penjarah seperti Berpesta
Ketika Sri Mulyani Patah Hati Lukisan Dijarah, Para Penjarah seperti Berpesta (Foto: Kemenkeu)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani patah hati lukisan hasil karyanya diambil oleh massa saat menjarah rumahnya pada 31 Agustus 2025. Padahal lukisan tersebut sangat berharga bagi Sri Mulyani.

Lukisan bunga milik Sri Mulyani tersebut dibawa oleh seorang pria berjaket merah dan berhelm hitam.

"Laki-laki ini tampak memanggul lukisan cat minyak bunga di atas kanvas ukuran cukup besar. Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari Minggu akhir Agustus 2025 dini hari," tulis Sri Mulyani dalam Instagramnya, Rabu (3/9/2025).

Sri Mulyani mengungkapkan, lukisan bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekadar seperti lembaran uang. Padahal lukisan tersebut bagi Sri Mulyani sangat berarti. Lukisan bunga yang dia lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi.

"Lukisan bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi. Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya," katanya.

Bagi Sri Mulyani, lukisan bunga itu seperti rumah tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya. "Lukisan bunga itu telah raib, lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum, dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia," katanya.

 

Menurut Sri Mulyani, bagi penjarah, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekadar target operasi. Para penjarah seperti berpesta, bahkan diwawancara reporter media: dapat barang apa mas?” - dijawab ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah : “ lukisan”. 

"Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional. Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd," curhat Sri Mulyani.

Meski kehilangan lukisan pribadinya, Sri Mulyani menganggap hal itu tidak sebanding karena adanya korban jiwa manusia yang melayang dan tak akan tergantikan.

"Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia," ujarnya.

Sri Mulyani menegaskan, dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan, yang adil dan beradab.

"Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa," ujarnya.

Baca selengkapnya: Sri Mulyani Patah Hati, Lukisan Karya Sendiri Dijarah Pria Berjaket Merah


 

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement