JAKARTA - Demo pengemudi ojek online (ojol) di depan Gedung DPR/MPR RI pada Selasa, 17 September 2025, menuntut pemangkasan potongan komisi dari 20% menjadi 10%. Namun, aksi tersebut tidak diikuti sebagian besar driver ojol karena aktivitas orderan tetap berjalan.
Beberapa suara pengemudi juga tidak sepenuhnya sejalan. Sebagian menilai komisi 20% masih proporsional, sementara sebagian lainnya mendesak pemangkasan lebih besar.
Salah seorang pengemudi ojol, Wicak, menilai potongan 20% tetap realistis. Menurutnya, keberlangsungan platform juga membutuhkan biaya operasional yang besar, sehingga komisi tidak bisa diturunkan sembarangan.
“Menurut saya 20% itu wajar, tapi jangan sampai jadi 40% karena ada biaya lain. Kalau benar 20%, ya *worth it*. Masalahnya ada di promo dan sistem tambahan yang bikin penghasilan berkurang,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Menurutnya, permintaan agar komisi diturunkan hingga 10% juga akan sulit direalisasikan.
“Aplikasi tetap butuh biaya operasional (hosting) besar untuk melayani jutaan orang. Jadi *nggak* mungkin kalau komisi diturunkan sampai 10%. Dalam sehari, jutaan ojol online secara bersamaan. Itu pasti butuh dana yang tidak sedikit,” katanya.
Sebelumnya, komunitas ojek online (ojol) Unit Reaksi Cepat (URC) juga menolak ikut aksi demo 17 September karena dinilai sarat politis.
“Kita *nggak* tahu yang demo itu ojol atau bukan. Karena kalau menurut saya justru mereka itu bukan bagian dari ojol. Itu hanya sebagian kecil *aja*. Itu hanya orang-orang, oknum yang memiliki kepentingan, tidak mewakili. Tidak mewakili mereka. Karena yang inisiatornya itu pun tidak memiliki akun. Tidak punya akun ojol itu,” kata Michael, perwakilan URC.
Sebagai informasi, saat ini pemerintah sudah mengatur maksimal komisi untuk aplikasi. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 1001 Tahun 2022 yang mengatur aplikasi hanya boleh mengambil komisi maksimal 20% dari mitra. Dengan aturan ini, skema pembagian komisi perjalanan ojol memiliki skema 80% untuk mitra dan 20% untuk aplikator.
(Feby Novalius)