Kupon yang ditawarkan cukup kompetitif, 6,25 persen untuk tenor 1 tahun, 6,65 persen tenor 3 tahun, dan 6,85 persen tenor 5 tahun. Kepercayaan investor terhadap PNM terlihat dari banyaknya yang memilih tenor jangka panjang, meskipun kondisi pasar global masih penuh ketidakpastian.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi menyampaikan momentum ini dengan kalimat lugas lugas.
"Saya istilahkan mempertemukan Wall Street dengan Backstreet. Modal global bisa langsung menyentuh perempuan miskin di pelosok desa," ujarnya.
Bagi PNM, Orange Bond layaknya simbol dari transformasi pembiayaan sosial yang mengakar di desa, namun mendapat legitimasi pasar modal internasional.
Komitmen PNM melalui Orange Bond juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi prioritas nasional. Instrumen inovatif seperti Orange Bond dari PNM diyakini menjadi solusi dalam menutup kesenjangan pendanaan sekaligus memastikan dampak sosial yang jelas.
PNM memastikan penerbitan Orange Bond sesuai regulasi (Otoritas Jasa Keuangan) OJK, termasuk verifikasi independen untuk memastikan keberpihakan pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. PNM bahkan menyiapkan penerbitan tahap kedua senilai Rp1,02 triliun pada akhir 2025 untuk menjawab tingginya minat investor.