Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bank-Bank Global Mundur dari NZBA, Ada Apa?

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Kamis, 02 Oktober 2025 |08:55 WIB
Bank-Bank Global Mundur dari NZBA, Ada Apa?
Bank-Bank Global Mundur dari NZBA, Ada Apa? (Foto: Freepik)
A
A
A

NZBA dibentuk pada April 2021 dengan 43 anggota awal, dan sempat berkembang hingga lebih dari 140 bank dengan total aset mencapai USD74 triliu pada 2024. Anggota aliansi berkomitmen menyusun target berbasis sains, melaporkan emisi, termasuk yang dibiayai lewat kredit dan investasi, serta menyelaraskan bisnis dengan jalur 1,5°C. 

Namun, semakin ketatnya aturan pelaporan dan standar pihak ketiga seperti Science Based Targets initiative (SBTi) membuat berbagai bank merasa terbebani. 

Tekanan politik juga ikut mempercepat keluarnya sejumlah anggota. Di Amerika Serikat, para politisi Partai Republik yang dimotori Presiden Donald Trump gencar melancarkan kampanye anti-ESG dan memperingatkan lembaga keuangan soal potensi pelanggaran hukum jika tetap terlibat dalam aliansi iklim.

Situasi ini membuat bank-bank besar AS mulai mundur tak lama setelah Donald Trump memenangkan pemilu 2024. Langkah itu diikuti bank-bank Kanada pada Januari 2025, serta HSBC dari Inggris pada pertengahan 2025. Kini, dengan keluarnya SMFG di Jepang dan Macquarie di Australia, tren tersebut kian meluas ke Asia-Pasifik.

Langkah ini menuai kritik dari kelompok masyarakat sipil. Jeanne Martin, Co-Director Corporate Engagement ShareAction, menilai keputusan HSBC keluar dari NZBA “mengirimkan pesan kontraproduktif” di tengah meningkatnya risiko iklim.

Sementara itu, pihak bank beralasan tetap bisa menjalankan strategi iklim tanpa harus berada dalam aliansi multilateral. Mereka menilai pengelolaan internal dan tata kelola perusahaan cukup untuk menjaga komitmen dekarbonisasi.

Tren keluarnya sejumlah bank besar memperlihatkan tantangan serius bagi aliansi seperti NZBA. Jika sebelumnya koalisi global dianggap penting untuk menyatukan arah, kini strategi nol emisi lebih banyak ditentukan oleh kebijakan internal masing-masing institusi. Kondisi ini memberi fleksibilitas, tetapi juga menimbulkan risiko fragmentasi dan menurunkan kredibilitas komitmen global.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement